Pages

Subscribe:

23 Juni 2009

Lelaki Tua

SEORANG lelaki tua yang baru ditinggal mati isterinya tinggal bersama anaknya, Ronald dan menantu perempuannya, Rina, serta cucunya, Cinta yang baru berusia enam tahun.

Keadaan lelaki tua itu sudah uzur, jari-jemarinya senantiasa gemetar dan pandangannya semakin hari semakin buram.

Malam pertama pindah ke rumah anaknya, mereka makan malam bersama. Lelaki tua itu merasa kurang nyaman menikmati hidangan di meja makan. Dia merasa amat canggung menggunakan sendok dan garpu.

Selama ini dia gemar bersila, tapi di rumah anaknya dia tiada pilihan. Cukup sukar dirasakannya, sehingga seringkali makanan tersebut tumpah.

Sebenarnya dia merasa malu seperti itu di depan anak menantu, tetapi dia gagal menahannya.

Oleh karena kerap sekali dilirik menantu, selera makannyapun hilang. Dan tatkala dia memegang gelas minuman, pegangannya terlepas. Praaaaaannnnngggggg!! Bertaburanlah serpihan gelas di lantai.

Pak tua menjadi serba salah. Dia bangun, mencoba memungut serpihan gelas itu, tapi Ronald melarangnya.

Rina cemberut, mukanya masam. Cinta merasa kasihan melihat kakeknya, tapi dia hanya dapat melihat untuk kemudian meneruskan makannya.

"Esok ayah tak boleh makan bersama kita," Cinta mendengar ibunya berkata pada kakeknya, ketika kakeknya beranjak masuk ke dalam kamar.

Ronald hanya membisu. Sempat anak kecil itu memandang tajam ke dalam mata ayahnya.

Demi memenuhi tuntutan Rina, Ronald membelikan sebuah meja kecil yang rendah, lalu diletakkan di sudut ruang makan.

Di situlah ayahnya menikmati hidangan sendirian, sedangkan anak menantunya makan di meja makan.

Cinta juga dilarang apabila dia merengek ingin makan bersama kakeknya. Air mata lelaki tua meleleh mengenang nasibnya diperlakukan demikian.

Ketika itu dia teringat kampung halaman yang ditinggalkan. Dia terkenang arwah isterinya. Lalu perlahan-lahan dia berbisik: "Miah... buruk benar layanan anak kita pada abang."

Sejak itu, lelaki tua merasa tidak betah tinggal di situ.

Setiap hari dia dihardik karena menumpahkan sisa makanan.

Dia diperlakukan seperti budak. Pernah dia terpikir untuk lari dari situ, tetapi begitu dia teringat cucunya, dia pun menahan diri.

Dia tidak mau melukai hati cucunya. Biarlah dia menahan diri dicaci dan dihina anak menantu.

Suatu malam, Cinta terperanjat melihat kakeknya makan menggunakan piring kayu, begitu juga gelas minuman yang dibuat dari bambu.

Dia mencoba mengingat-ingat, di manakah dia pernah melihat piring seperti itu. "Oh! Ya..." bisiknya.

Cinta teringat, semasa berkunjung ke rumah sahabat papanya dia melihat tuan rumah itu memberi makan kucing-kucing mereka menggunakan piring yang sama!

"Tak akan ada lagi yang pecah, kalau tidak begitu, nanti habis piring dan mangkuk ibu," kata Rina apabila anaknya bertanya.

Waktu terus berlalu. Walaupun makanan berserakan setiap kali waktu makan, tiada lagi piring atau gelas yang pecah.

Apabila Cinta memandang kakeknya yang sedang menyuap makanan, kedua-duanya hanya berbalas senyum.

Seminggu kemudian, sewaktu pulang bekerja, Ronald dan Rina terperanjat melihat anak mereka sedang bermain dengan kepingan-kepingan kayu.

Cinta seperti sedang membuat sesuatu. Ada palu, gergaji dan pisau di sisinya.

"Sedang membuat apa sayang? Berbahaya main benda-benda seperti ini," kata Ronald menegur manja anaknya.

Dia sedikit heran bagaimana anaknya dapat mengeluarkan peralatan itu, padahal ia menyimpannya di dalam gudang.

"Mau bikin piring, mangkuk dan gelas untuk Ayah dan Ibu. Bila Cinta besar nanti, supaya tak susah mencarinya, tak usah ke pasar beli piring seperti untuk Kakek," kata Cinta.

Begitu mendengar jawaban anaknya, Ronald terkejut.

Perasaan Rina terusik. Kelopak mata kedua-duanya basah. Jawaban Cinta menusuk seluruh jantung, terasa seperti diiiris pisau.

Mereka tersentak, selama ini mereka telah berbuat salah !

Malam itu Ronald menuntun tangan ayahnya ke meja makan.

Rina menyendokkan nasi dan menuangkan minuman ke dalam gelas.

Nasi yang tumpah tidak dihiraukan lagi. Cinta beberapa kali memandang ibunya, kemudian ayah dan terakhir wajah kakeknya.

Dia tidak bertanya, cuma tersenyum saja, bahagia dapat duduk bersebelahan lagi dengan kakeknya di meja makan. Lelaki tua itu juga tidak tahu kenapa anak menantunya tiba-tiba berubah.

"Esok Cinta mau buang piring kayu dan gelas bambu itu" kata Cinta pada ayahnya setelah selesai makan. Ronald hanya mengangguk, tetapi dadanya masih terasa sesak.

-* MORAL OF THE STORY *-
Hargailah kasih sayang kedua orang tua kita. Bapak Ibu kita hanya satu, setelah meninggal tidak akan ada pengganti.

Jadi, berbaktilah kepada mereka selagi hidup !

24 komentar:

  1. sungguh cerita yang mengharukan...namun banyak sekali terjadi di jaman ini.

    sedih melihatnya...

    BalasHapus
  2. yayaya.. sungguh besar jasa mereka.. tiadalah tergantikan oleh suatu apapun.. berbaktilah selagi mereka ada.. karena jika sudah tiadal menyesallah diri

    BalasHapus
  3. sahabatku Aling ,terima kasih ya sudah mau mampir.Hampir sebulan kau sibuk dng goresan2puisimu .
    ya..lelaki tua yang tegar dalam menerima perlakuan anak zaman.

    untuk KangBoed sahabatku.
    kasih orang tua kepada anak2nya tak terbatas,namun tampaknya anak masa kini tak menyadari jati dirinya,lupa kacang akan kulitnya.

    salam sejahtera selalu.

    BalasHapus
  4. cerita moral yang menyentuh dan mengharukan, mungkinkah ada anak menantu seperti cerita di atas? kalo sampe ada betapa durhakanya mereka, mudah2an saja tidak ada ya yangkung
    salam kenal

    BalasHapus
  5. untuk yangputri trima kasih kunjungannya.

    yah,inilah kekhawatiran eyang-akibat globalisasi banyak keluarga2 muda yang nilai2 budaya luhurnya tergerus perkembangan jaman.Dengan membaca kisah ini mereka diingatkan.

    salam rahayu.

    BalasHapus
  6. Yang Kung... ada yang sesak di dada saat membaca artikel ini, bulir2 panas tak terbendung tergenang dimata.... Ya Allah.....

    BalasHapus
  7. nakmas Ganang semoga generasi saat ini tidak lupa kepada orang tuanya yg telah berjuang hidup untuk keluarganya.
    Dalam hidup bersama cara berpikirnya bukan "apa yang baik bagi saya",tetapi "apa yang baik bagi kita"

    BalasHapus
  8. mata saya berkaca-kaca...

    maaf...

    BalasHapus
  9. salam jumpa kangmas itempoeti...,mari kita berbakti selagi beliau masih ada.

    BalasHapus
  10. Salam Kenal eYangKung

    Betul eYang... Hargai dan Hormati Kedua Orang Tua WAJIB!!! ndak ada tawar menawar...
    tetapi terkadang karena kasih sayang orang tua yg begitu besar yg tidak pada tempatnya, membentuk karakter anak bersikap sebaliknya...atau tidak seperti orang tua harapkan... betul nggak kira2 ya eYang!!!

    Salam Sih Katresnan

    BalasHapus
  11. Hallo mas Sumego,selamat datang dipondokku.

    yah begitulah harapan kita,selalu hormat dan kasih pada sesama khususnya pada orang tua.Cerita diatas perlu menjadi masukan dlm membina generasi penerus bangsa.

    salam karaharjan.

    BalasHapus
  12. Keharuan membaca postingan ini, pengalaman hidup membuat sang kakek bijak meyikapi penzholiman sang ibu(baca anaknya) sebuah pesan untuk kita semua dalam mengambil sikap terhadap orang tua yang kita cintai. Berbakti kepada orang tua adalah kewajiban dan tidak perlu bosan.

    Tentunya yang menulis adalah orang yang bijak dan penuh perhatian kepada siapapun. terima kasih atas koment yang diberikan kepada Saya.

    Salam kasih

    BalasHapus
  13. Salam jumpa Kawanlama 95 sahabatku.

    Ingatlah bahwa dimanapun kita berada,Tuhan akan memelihara kita.Roh Allah mendorong kita untuk melakukan kebaikan yang layak dilakukan..
    Hindari slogan "sapa sira sapa ingsun"

    salam rahayu.

    BalasHapus
  14. apakah kita perlu setua kakek itu agar bisa bijaksana ya?

    BalasHapus
  15. mas suwung sahabatku.

    begitulah realitas yg ada,ibarat tanaman :tunas yg ditanam disiram dipupuk semakin besar.....tetapi pohon itu tidak bisa berbunga dan berbuah....akhirnya layu dan mati.

    BalasHapus
  16. pepatah bilang kasih sayang orang tua thd anak sepanjang jalan, kasih sayang anak thd orang tua sepanjang tangga

    BalasHapus
  17. saudaraku m4stono yang terkasih

    mangkanya anak-anak sekarang perlu di ingatkan kembali betapa pentingnya slogan dari JAS MERAH.......JAngan Sekali-kali MEniggalkan sejaRAH......perlu memahami asal usulnya....dan sangkan paraning dumadi.

    matur nuwun sampun kersa pinarak.

    BalasHapus
  18. bapak kalawan ibu estu Gusti ingkang maujud
    saderenge ngertos rasul menapa nabi
    banyu susu ibu tuwin wisik donga bapak
    ingkang tuhu nuntun kita

    BalasHapus
  19. puisi untuk orang tua kita :

    Bukan nabi bukan rasul
    Yang kutemui pertama kali saat kulahir
    Namun raut muka cantik pucat ibuku
    Yang telah bertaruh nyawa melahirkanku
    Bukan Isa pula Muhammad
    Yang menuntnuku pertama kali saat kulahir
    Namun tatap bangga dan doa ayahku
    Sebagai tali hidup ditelingaku
    Bukan Taurat Mazmur Injil Qur’an
    Yang mengajariku pertama kali saat kulahir
    Namun payudara ibu
    Alirkan empati, pengertian & cinta lewat segar air susu
    Kini kembali ku padamu Ibu
    Nafas hidupku dihembuskan dalam rahimmu
    Sekarang aku pulang ayah
    Benih hidup itu bertumbuh sudah

    BalasHapus
  20. Semoga Allah memberi rahmat kpd kita untuk menggerakan kita bermurah hati kpd yang menderita dan percaya bahwa dng memberikan pertolongan,kita melakukan untuk keadilan bukan karena kasihan.
    Berkah dan kasih Allah beserta kita.

    BalasHapus
  21. Orang tua adalah PANGERAN SANYOTO, Layanilah mereka dengan CINTA KASIH sebagai perwujudan penghambaan kita kepada Tuhan. Menghamba kepada Tuhan berarti MELAYANI Tuhan. Melayani Tuhan adalah MELAYANI sesama.

    Ahhh..YANG KUNG
    Matur nuwun...saya sangat menikmati.

    Rahayu

    BalasHapus
  22. mas Santri Gundhul saudaraku.

    Terima kasih sudah mau mampir,lama lho kita tak bertemu.Meskipun demikian aku sering lewat dan jalan2 menambah wawasan baru.MARILAH KITA SALING BERBAGI demi keluhuran ibu pertiwi.

    salam kasih dan rahayu.

    BalasHapus
  23. Mas Tomy sahabatku,semoga Gusti tansah paring berkah kagem kita sedaya.Matur sembah nuwun.

    BalasHapus
  24. Yang Kung ... Matur nuwun .. tulisan2nya sangat menyentuh .. beberapa hari ini pagi saya dihiasi dengan hati yg teduh ..
    Mohon ijin meng-kliping, ...

    salam kenal. (danial)

    BalasHapus