Pages

Subscribe:

30 Oktober 2010

Pemberian Terbaik kepada Raja

Suatu ketika, hiduplah seorang petani bersama keluarganya.

Mereka menetap di sebuah kerajaan yang besar, dengan raja yang adil dan bijaksana.

Beruntunglah siapa saja yang tinggal disana. Tanahnya subur, keadaannya pun aman dan sentosa. Semuanya hidup berdampingan, tanpa pernah mengenal perang ataupun bencana.

Setiap pagi, sang petani selalu pergi ke sawah.

Tak lupa ia membawa bajak dan kerbau peliharaannya.

Walaupun sudah tua, namun bajak dan kerbau itu selalu setia menemaninya bekerja.

Sisi-sisi kayu dan garu bajak itu tampak mengelupas, begitupun kerbau yang sering tampak letih jika bekerja terlalu lama. "Inilah hartaku yang paling berharga", demikian gumam petani itu dalam hati, sembari melayangkan pandangannya ke arah bajak dan kerbaunya.

Tak seperti biasa, tiba-tiba ada serombongan pasukan yang datang menghampiri petani itu.

Tampak pemimpin pasukan yang maju, lalu berkata, "Berikan bajak dan kerbaumu kepada kami. "Ini perintah Raja!".

Suara itu terdengar begitu keras, mengagetkan petani itu yang tampak masih kebingungan.

Petani itu lalu menjawab, "Untuk apa, sang Raja menginginkan bajak dan kerbauku? "Ini adalah hartaku yang paling berharga, bagaimana aku bisa bekerja tanpa itu semua”.

Petani itu tampak menghiba, memohon agar diberikan kesempatan untuk tetap bekerja. "Tolonglah, kasihani anak dan istriku…berilah kesempatan sampai besok. Aku akan membicarakan dengan keluargaku…"

Namun, pemimpin pasukan berkata lagi, "Kami hanya menjalankan perintah dari Baginda. Terserah, apakah kau mau menjalankannya atau tidak. Namun, ingatlah, kekuasaannya sangat kuat. Petani semacam kau tak akan mampu melawan perintahnya." Akhirnya, pasukan itu berbalik arah, dan kembali ke arah istana.

Di malam hari, petani pun menceritakan kejadian itu dengan keluarganya.

Mereka tampak bingung dengan keadaan ini.

Hati bertanya-tanya, "Apakah baginda sudah mulai kehilangan kebijaksanaannya? Kenapa baginda tampak tak melindungi rakyatnya dengan mengambil bajak dan kerbau kita? Gundah, dan resah melingkupi keluarga itu.

Namun, akhirnya, mereka hanya bisa pasrah dan memilih untuk menyerahkan kedua benda itu kepada raja.

Keesokan pagi, sang petani tampak pasrah.

Bersama dengan bajak dan kerbaunya, ia melangkah menuju arah istana.

Petani itu ingin memberikan langsung hartanya yang paling berharga itu kepada Raja.

Tibalah ia di halaman Istana, dan langsung di terima Raja. "Baginda, hamba hanya bisa pasrah. Walaupun hamba merasa sayang dengan harta itu, namun hamba ingin membaktikan diri kepada Baginda. Duli Paduka, terimalah pemberian ini…."

Baginda Raja tersenyum.

Sambil menepuk kedua tangannya, ia tampak memanggil pengawal. "Pengawal, buka selubung itu!!

Tiba-tiba, terkuaklah selubung di dekat taman. Ternyata, disana ada sebuah bajak yang baru dan kerbau yang gemuk. Kayu-kayu bajak itu tampak kokoh, dengan urat-urat kayu yang mengkilap. Begitupun kerbau, hewan itu begitu gemuk, dengan kedua kaki yang tegap.

Sang Petani tampak kebingungan.

Baginda mulai berbicara, "Sesungguhnya, aku telah mengenal dirimu sejak lama. Dan aku tahu kau adalah petani yang rajin dan baik. Namun, aku ingin mengujimu dengan hal ini. Ternyata, kau memang benar-benar hamba yang baik. Engkau rela memberikan hartamu yang paling berharga untukku. Maka, terimalah hadiah dariku. Engkau layak menerimanya…."

Petani itu pun bersyukur dan ia pun kembali pulang dengan hadiah yang sangat besar, buah kebaikan dan baktinya pada sang Raja.

______________

Tidak banyak orang yang bisa berlaku seperti petani tadi.

Hanya sedikit orang yang mau memberikan harta yang terbaik yang dimilikinya kepada yang lain.

Namun, petani tersebut adalah satu dari orang-orang yang sedikit itu. Dan ia, memberikan sedikit pelajaran buat kita.

Sesungguhnya, Tuhan sering meminta kita memberikan terbaik yang kita punya untuk-Nya.

Tuhan, sering memerintahkan kita untuk mau menyampaikan yang paling berharga, hanya ditujukan pada-Nya.

Bukan karena Tuhan butuh semua itu, dan juga bukan karena Tuhan kekurangan. Namun karena sesungguhnya Tuhan Maha Kaya, dan Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya.

Tuhan sedang menguji, apakah hamba-Nya adalah bagian dari orang-orang yang beriman dan mau bersyukur.

Tuhan sedang menguji, apakah ada dari hamba-hamba-Nya yang mau menafkahkan harta di jalan-Nya.

Dan Tuhan, pasti akan memberikan balasan atas upaya itu dengan pemberian yang tak akan kita bayangkan.

Imbalan dan pahala yang akan kita terima, sesungguhya akan mampu membuat kita paham, bahwa Tuhan memang Maha Pemberi Kemuliaan.

Mari kita berikan yang terbaik yang kita punya kepada-Nya. Marilah kita tujukan waktu, kerja dan usaha kita yang terbaik hanya kepada-Nya. Karena sesungguhnya memang, kita tak akan pernah menyadari balasan apa yang akan kita terima atas semua itu.

Tuhan selalu punya banyak cara-cara rahasia untuk memberikan kemuliaan bagi hamba-Nya. Dan Dia akan selalu memberikan pengganti yang lebih baik untuk semua yang ikhlas kita berikan pada-Nya

27 Oktober 2010

Balas Budi

Ada seorang pemuda yang tinggal bersama bapaknya. Mata pencaharian mereka adalah bertani. Mereka mempunyai sepetak sawah kecil.

Walaupun mereka berdua miskin tetapi mereka berdua hidup dalam keadaan damai dan bahagia.

Bapaknya adalah seorang yang baik hati dan anaknya adalah seorang anak yang patuh.

Waktu berlalu tahun demi tahun. Bapaknya makin hari semakin tua, semakin tidak bertenaga lagi.

Walau sawah mereka kecil, tetapi jika hanya mengharapkan tenaga pemuda ini saja untuk menanam padi akan sangat susah.

Pada suatu hari Bapaknya mengeluarkan uang tabungannya selama bertahun-tahun hidup menghemat.

Ia menyuruh pemuda ini pergi membeli seekor kerbau untuk membantunya membajak sawah.

Saat dalam perjalan, karena kecapekan dia beristirahat di atas sebuah batu besar. Di kejauhan kedengaran suara anak kecil yang sedang bermain. Karena heran dia mendekati mereka.

Dia melihat beberapa orang anak dengan bambu memukul sebuah batu, tetapi batu itu kelihatan bisa bergerak, dilihat dengan jelas rupanya itu adalah 5 ekor kura-kura. Seekor lebih besar dan yang 4 ekor lebih kecil.

Kelompok anak kecil ini membalikkan kura-kura itu seperti gasing memutar mereka, dengan bambu memukul mereka dan memaksa mereka mengeluarkan kepalanya.

Pemuda ini tidak tega melihat kejadian ini, dan berkata kepada kelompok anak kecil ini.

”Kenapa kalian mempermainkan kura-kura ini? dia juga mahluk hidup yang mempunyai perasaan sakit dan takut,” katanya.

Kelompok anak kecil itu tidak menghiraukannya.

”Kami dengan susah payah menangkap seekor ibu kura-kura dan 4 ekor anaknya, bukan urusanmu bagaimana kami akan memperlakukan kura-kura ini!” Jawab mereka.

Sekelompok anak kecil ini makin dinasehati makin mempergunakan cara yang makin keji menyiksa kura-kura itu.

”Anak-anak melihat orang tua mereka dihina orang akan merasa sakit hati, orang tua yang melihat anak-anaknya disiksa orang lain juga akan sakit hati! Kalian tolong lepaskan keluarga kura-kura ini,” kata pemuda itu.

Sekelompok anak kecil ini tidak peduli, malah mereka mengambil tali dan mengikat ke 5 ekor kura ini menjadi satu dan melempar mereka kesana kemari.

Pemuda ini bertanya kepada kelompok anak kecil ini dengan cara apa mereka mau melepaskan kura-kura ini.

Mereka menjawab mereka akan menjual kura-kura ini, pemuda ini bertanya dengan berapa harga mereka akan menjualnya.

Mereka asal menjawab sebuah harga yang tinggi, pemuda ini memegang-megang uang dikantungnya berpikir jika membayar uang ini kepada kelompok anak ini maka dia tidak bisa membeli kerbau lagi, tetapi melihat mereka menyiksa kura-kura ini sungguh tidak tega, akhirnya dia menyerahkan semua uangnya kepada kelompok anak-anak ini.

Setelah melihat kelompok anak-anak ini pergi, dia berlutut dengan hati-hati melepaskan tali yang mengikat kura-kura ini, lalu seekor demi seekor dia melepaskan kura-kura ini ke sungai.

Mereka menengadahkan kepalanya memandang pemuda ini, mengeluarkan pancaran mata yang sangat berterima kasih.

”Cepat pergilah, jika tidak nanti kelompok anak kecil ini kembali lagi, kalian akan berada dalam keadaan bahaya, cepat berenang menjauh dari sini supaya saya dapat meninggalkan kalian dengan tenang!” Kata pemuda itu.

Keluarga kura-kura ini seakan mengerti apa yang dikatakannya berenang menjauh dengan cepat, tetapi ketika mereka sampai di pertengahan sungai mereka masih membalikkan kepalanya melihat pemuda ini.

Pemuda ini setelah pulang kerumah, menceritakan kejadian ini kepada bapaknya, bapaknya sangat gembira mendengar ceritanya.

”Perbuatanmu sungguh terpuji, dengan uang itu dapat menyelamatkan 5 nyawa, lebih berharga daripada membeli seekor kerbau! Kita berdua masih sehat, rajin sedikit bekerja pasti akan bisa mengumpulkan uang lagi membeli kerbau,” kata bapaknya.

Selang beberapa hari kemudian, pada suatu tengah malam, Bapaknya mendengar suara ketukan pintu .
“tok..tok.tok.”

Bapak lalu membuka pintu. Di depan pintu nampak seekor kerbau yang berdiri, di lehernya tergantung secarik kertas yang tertulis.

”Keluarga kura-kura dipinggir sungai mengumpulkan uang dan membeli seekor kerbau sebagai hadiah balas jasa kepada tuan penolong kam," bunyi kertas tersebut.

Walaupun ini adalah sebuah legenda, tetapi disini kelihatan jelas ada dua cara memperlakukan mahluk hidup.

Satu meremehkan mahluk hidup, menyiksa dan menyakitinya, sedang yang lain menyayangi semua mahluk hidup.

Walaupun wujud dan bentuk mereka sangat berlainan dengan kita, tetapi kita harus tetap menghormati, melindungi hak-haknya supaya dapat hidup dengan tenang.

Berbelas kasih kepada semua mahluk adalah sebuah kehangatan hati, sebuah pemandangan yang indah! Saya harap dalam kehidupan ini kita lebih banyak membuka hati kita melihat betapa indahnya alam semesta ini.

Betapa indahnya hidup ini, dengan segenap hati menjaga kelestarian alam semesta supaya dunia ini lebih dapat bersinar lebih cerah lagi.

23 Oktober 2010

Impian Sejati

Suatu hari, ada seorang muda yang bertemu dengan seorang tua yang bijaksana.

Si anak muda bertanya, “Pak, sebagai seorang yang sudah kenyang dengan pengalaman tentunya anda bisa menjawab semua pertanyaan saya”.

“Apa yang ingin kau ketahui anak muda ?” tanya si orang tua.

“Saya ingin tahu, apa sebenarnya yang dinamakan impian sejati di dunia ini”. Jawab si anak muda.

Orang tua itu tidak menjawab pertanyaan si anak, tapi mengajaknya berjalan-jalan di tepi pantai.

Sampai di suatu sisi, kemudian mereka berjalan menuju ke tengah laut.

Setelah sampai agak ke tengah di tempat yang lumayan dalam, orang tua itu dengan tiba-tiba mendorong kepada si anak muda ke dalam air.

Anak muda itu meronta-2, tapi orang tua itu tidak melepaskan pegangannya.

Sampai kemudian anak muda itu dengan sekuat tenaga mendorong keatas, dan bisa lepas dari cekalan orang tua tersebut.

“Hai, apa yang barusan bapak lakukan, bapak bisa membunuh saya” tegur si anak muda kepada orang bijak tersebut.

Orang tua tersebut tidak menjawab pertanyaan si anak, malah balik bertanya ,”Apa yang paling kau inginkan saat kamu berada di dalam air tadi ?”.

“Udara, yang paling saya inginkan adalah udara”. Jawab si anak muda.

“Hmmm, bagaimana kalo saya tawarkan hal yang lain sebagai pengganti udara, misalnya emas, permata, kekayaaan, atau umur panjang ?” tanya si orang tua itu lagi.

“Tidak ….. tidak …… tidak ada yang bisa menggantikan udara. Walaupun seisi dunia ini diberikan kepada saya, tidak ada yang bisa menggantikan udara ketika saya berada di dalam air” jelas si anak muda.

“Nah, kamu sudah menjawab pertanyaanmu sendiri kalau begitu. KALAU KAMU MENGINGINKAN SESUATU SEBESAR KEINGINANMU AKAN UDARA KETIKA KAMU BERADA DI DALAM AIR, ITULAH IMPIAN SEJATI” kata si orang tua dengan bijak.

20 Oktober 2010

Tiger and wolf

Di sebuah hutan, tinggallah seekor serigala pincang.

Hewan itu hidup bersama seekor harimau yang besar berbadan coklat keemasan.

Luka yang di derita serigala, terjadi ketika ia berusaha menolong harimau yang di kejar pemburu.

Sang serigala berusaha menyelamatkan kawannya. Namun sayang, sebuah panah yang telah di bidik malah mengenai kaki belakangnya.

Kini, hewan bermata liar itu tak bisa berburu lagi bersama harimau, dan tinggal di sebuah gua, jauh dari perkampungan penduduk.

Sang harimau pun tahu bagaimana membalas budi.

Setiap selesai berburu, di mulutnya selalu tersisa sepotong daging untuk dibawa pulang.

Walaupun sedikit, sang serigala selalu mendapat bagian daging hewan buruan.

Sang harimau paham, bahwa tanpa bantuan sang kawan, ia pasti sudah mati terpanah si pemburu.

Sebagai balasannya, sang serigala selalu berusaha menjaga keluarga sang harimau dari gangguan hewan-hewan lainnya.

Lolongan serigala selalu tampak mengerikan bagi siapapun yang mendengar. Walaupun sebenarnya ia tak bisa berjalan dan hanya duduk teronggok di pojok gua.

Rupanya, peristiwa itu telah sampai pula ke telinga seorang pertapa.

Sang pertapa, tergerak hatinya untuk datang, bersama beberapa orang muridnya.

Ia ingin memberikan pelajaran tentang berbagi dan persahabatan, kepada anak didiknya.

Ia juga ingin menguji keberanian mereka, sebelum mereka dapat lulus dari semua pelajaran yang diberikan olehnya.

Pada awalnya banyak yang takut, namun setelah di tantang, mereka semua mau untuk ikut.

Di pagi hari, berangkatlah mereka semua.

Semuanya tampak beriringan, dipandu sang pertapa yang berjalan di depan rombongan.

Setelah seharian berjalan, sampailah mereka di mulut gua, tempat sang harimau dan serigala itu menetap.

Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari berburu, dan sedang memberikan sebongkah daging kepada serigala.

Melihat kejadian itu, sang pertapa bertanya bertanya kepada murid-muridnya, “Pelajaran apa yang dapat kalian lihat dari sana..?”.

Seorang murid tampak angkat bicara, “Guru, aku melihat kekuasaan dan kebaikan Tuhan. Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya. Karena itu, lebih baik aku berdiam saja, karena toh Tuhan akan selalu memberikan rezekinya kepada ku lewat berbagai cara.”

Sang pertapa tampak tersenyum.

Sang murid melanjutkan ucapannya, “Lihatlah serigala itu. Tanpa bersusah payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan.”

Selesai bicara, murid itu kini memandang sang guru. Ia menanti jawaban darinya. “Ya, kamu tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu buta. Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh. Berhentilah berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti harimau.”

________________________________________

Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar pula, Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia berikan kepada kita gandum-gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya, ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan.

Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.

Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi.

Memang tak salah jika disana kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari Tuhan.

Dari sana pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama.

Namun, ada satu hal kecil yang patut diingat disana, bahwa: berbagi, menolong, membantu sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita.

Bukan karena hal itu adalah suatu keterpaksaan, bukan pula karena di dorong rasa kasihan dan ingin membalas budi.

Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita.

Disana akan ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana, akan terpantul bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan.

Di dalam berbagi akan bersemayan keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan kalbu. Teman, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.

17 Oktober 2010

Petani dan Bangau

Seekor bangau mempunyai sifat yang sangat sederhana dan dikenal baik.

Pada suatu hari dia diundang oleh kelompok burung lain ke sebuah pesta makan-makan di ladang petani yang baru ditanami.

Namun pesta itu harus berakhir dengan terperangkapnya semua burung-burung di jaring petani.

Menyadari nantinya akan membuat keluarganya bersedih hati dan kesusahan, Si bangau memohon kepada sang petani untuk melepaskannya.

“Tolong. Biarkan saya pergi, Saya berasal dari keluarga baik-baik, dari keluarga bangau yang anda sendiri tahu adalah jujur dan sederhana. Disamping itu, saya tidak tahu kalau burung yang mengundang saya itu bermaksud mencuri disini” kata Si bangau memohon.

”Anda mungkin seekor burung yang sangat baik.” jawab sang petani, “Tetapi saya telah menangkap anda di jaring yang saya siapkan untuk menangkap pencuri dan Anda harus menerima hukuman yang sama dengan mereka.”
________________________________

Kita harus bertanggung jawab akan setiap jengkal perbuatan kita, jadi jangan ikut-ikutan ajakan berbuat buruk dari lingkungan sekitar, walaupun hanya sekali.

13 Oktober 2010

Empat Jenis Kuda

Di dunia ini ada 4 jenis kuda, kuda yang pertama adalah kuda yang penurut, pemiliknya memasang pelana dan penutup mata.

Sehari dia dapat berjalan ribuan kilometer, kecepatannya bagaikan meteor.

Ketika pemiliknya mengangkat pecutnya (cambuk), melihat bayangan pecut dia sudah tahu kemauan pemiliknya.

Kuda itu bergerak maju atau mundur, cepat atau lambat, segera memahami kemauan pemiliknya sehingga dengan cepat bisa mencapai tujuan. Dia adalah kuda penurut yang paling baik.

Jenis kuda yang kedua, ketika pemiliknya mengangkat pecutnya, dia melihat bayangan pecut, tetapi tidak segera bergerak.

Ketika pecut tersebut memecut ke ekornya, dia baru tahu kemauan pemiliknya, lari dengan cepat, dapat dikatakan responnya cepat, merupakan seekor kuda kuat yang cukup baik.

Jenis kuda yang ketiga, tidak peduli pemiliknya berkali-kali melecutkan pecutnya, ketika melihat bayangan pecut, tidak mempunyai respon.

Ketika perut bagaikan tetesan hujan memercut ke ekornya, dia masih tidak bergerak, responnya sangat lamban.

Ketika pecutnya menghantam badannya dia baru sadar, bergerak sesuai dengan kemauan pemiliknya. Dia adalah seekor kuda dengan respon yang lamban.

Jenis kuda yang keempat, ketika pemiliknya membunyikan pecut, dia tidak peduli.

Ketika pecut berkali-kali memercut ke badannya, dia masih tidak peduli.

Ketika majikannya menjadi sangat marah dan menyepak kakinya. Akhirnya, Kuda itu merasa kesakitan hingga menusuk tulang, sekujur tubuhnya berdarah, dia baru tersadar dari mimpinya, berlari dengan membabi buta.

Dia adalah seekor kuda yang susah diatur, respon lamban, bandel dan kuda yang sangat pemarah.



Ke empat jenis kuda ini bagaikan manusia yang mempunyai bakat dasar yang berbeda.

Manusia yang pertama ketika mendengar perubahan didunia ini, kehidupan yang akan dimusnahkan oleh petaka, dengan cepat sadar, dengan giat berusaha berbuat lebih baik yang dapat merubah nasibnya.

Seperti jenis kuda yang pertama, melihat bayangan pecut sudah dapat melesat kedepan dengan cepat, tidak menunggu pecutan maut merengut nyawanya baru menyesal kemudian.”

“Jenis manusia yang kedua, melihat kehidupan di dunia ini yang beraneka ragam, nasib baik dan nasib malang yang menimpa, kelahiran dan kematian, dengan cepat dapat memecut diri sendiri dengan cepat berbuat lebih baik lagi.

Seperti jenis kuda yang kedua, percut baru mengenai ke ekornya segera sadar dan melesat lari dengan cepat mencapai tujuan.”

“Jenis manusia yang ketiga, melihat sanak keluarga dan kerabat sebelum meninggal terjangkit penyakit menanggung penderita tubuh yang membusuk dan kesakitan sampai meninggal, baru sadar dan mulai menghargai kehidupan dan berbuat lebih baik.

Seperti jenis kuda yang ketiga ketika merasakan percutkan yang sangat menyakitkan segenap tubuh baru tersadar, responnya sangat lamban.”

“Sedangkan jenis manusia keempat, jika diri sendiri yang terkena penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan maut sedang menanti, pada saat ini baru menyesal.

Kenapa dahulu tidak berusaha berbuat lebih baik, menyia-yiakan kehidupan di dunia ini. Seperti jenis kuda yang keempat, ketika kesakitan bagaikan menusuk ke tulang, baru berlari dengan cepat. Tetapi semua itu sudah terlambat.”

10 Oktober 2010

Genggaman tangan

“Engkau seharusnya menyisakan sedikit waktu untuk kolegamu, membantunya menyelesaikan sedikit masalah, walaupun masalah itu adalah masalah sepele. Membantunya menyelesaikan hal yang menurut Anda adalah masalah sepele yang tidak berharga tetapi baginya mempunyai arti yang sangat besar.”

Abraham Lincoln.

______________________________________________

Ketika perang meletus di Amerika, Abraham Lincoln sering pergi ke rumah sakit membesuk para prajurit yang terluka. Pada suatu hari, dokter memperkenalkannya dengan seorang prajurit muda yang sekarat. Abraham Lincoln berjalan ke tempat tidurnya.

“Apa yang bisa saya bantu?” Presiden bertanya kepadanya.

Prajurit yang terluka ini tidak mengenali presiden, dengan susah payah dia menjawab dengan suara lirih, ”Dapatkah engkau membantu saya menulis sehelai surat untuk ibuku?”

Setelah tersedia pena dan kertas, presiden dengan serius menulis apa yang dipesankan pemuda ini.

“Kepada mama yang tercinta, ketika saya menjalankan tugas saya, saya terluka parah, saya takut saya tidak akan berada di sisi mama lagi. Mama jangan sedih, tolong bantu saya mencium Mary dan Johan. Tuhan memberkati mama dan papa.”

Keadaan prajurit ini sudah sangat lemah tidak dapat melanjutkan perkataannya lagi, oleh sebab itu Abraham Lincoln membantunya menanda tangani surat itu, dan menambah satu patah kata, ”Abraham Lincoln mewakili anakmu menulis surat ini.”

Prajurit muda ini memohon melihat surat ini sekali lagi. Ketika dia mengetahui siapa yang mewakili dia menulis surat ini dia sangat terkejut,

“Apakah benar engkau Bapak presiden?” Tanya pemuda ini untuk menyakinkan.

“Benar, saya adalah presiden,” Jawab Abraham Lincoln dengan tenang, kemudian dia bertanya lagi kepada pemuda itu apa lagi yang bisa dilakukan untuknya?

“Bisakah engkau menggenggam tangan saya?” Prajurit ini memohon “Hal ini akan membantu saya menjalani sisa hidup saya didunia ini.”

Di kamar rumah sakit yang sunyi ini, presiden yang tinggi besar ini menggenggam tangan prajurit muda ini, berkata dengan lembut dan penuh perhatian serta mendorong semangat, sampai maut menjemput pemuda malang ini.

07 Oktober 2010

Obat Dewa

Dahulu kala ada seorang anak yang hidup bersama ibunya. Ayahnya barus saja meninggal. Suatu saat ibunya sakit keras. Dia mencari seorang tabib dan meminta datang ke rumahnya untuk memeriksa penyakit ibunya.

Sang tabib tidak dapat mendiagnosa penyakit ibunya, lalu dengan sembarangan tabib itu mengatakan kepadanya.
”Menurut saya hanya obat dewa yang bisa menyembuhkan penyakit ibumu,” ujar tabib.

Anak ini setelah mendengar perkataan tabib dengan serius menanggapi, lalu dia pergi ke kota bertanya ke setiap toko yang ada di kota itu.
”Apakah ada jual obat dewa?” Katanya kepada penjual di toko.

Ada pemilik toko yang menjawab tidak ada, ada juga pemilik toko yang menganggapnya hanya iseng ingin membuat onar dan mengusirnya keluar dari toko.

Hari pertama dengan putus asa dia pulang ke rumah.

Hari kedua dia pergi ke setiap jalan dan memasuki setiap toko bertanya.
Setelah hari gelap dengan sedih menundukkan kepala pulang dengan tangan kosong.

Hari ketiga melihat tubuh ibunya makin hari makin lemah, dia lalu bertekad pergi ke kota yang lebih jauh untuk mencari obat Dewa itu. Dia memasuki setiap toko. Akhirnya dia tiba di sebuah penginapan.

Pada saat itu ada seorang tamu di penginapan tersebut sedang makan siang dan mendengar pertanyaannya. Tamu ini dengan penuh perhatiaan lalu bertanya kepadanya di mana rumahnya dan kenapa harus beli obat dewa?

Anak tersebut lalu menceritakan keadaan ibunya kepada tamu itu. Tamu itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak . Di dalam kotak terdapat berbagai macam obat. Tamu itu mengambil salah satu tablet dan berkata kepadanya.
”Ini adalah obat dewa, engkau bawa pulang untuk menyembuhkan penyakit ibumu!” Lalu dia mengambil satu-satunya uang 1 sen yang dimiliki untuk membayar obat ini.

Anak itu sangat gembira lalu dia pulang ke rumahnya. Sampai di rumah dengan gembira dia berteriak.
”Mama, saya telah membeli obat dewa, setelah mama makan mama akan segera sembuh,” teriaknya.

Keesokan harinya datang seorang tabib yang datang ke rumahnya memeriksa ibunya, mengobatinya dengan akupuntur dan memasak semangkok obat untuknya, lalu dia merasakan badannya menjadi lebih sehat, segera dapat turun dari tempat tidur.

Kedua orang ibu dan anak ini merasa sangat berterima kasih kepada tabib.

Mereka berlutut mengucapkan terima kasih karena telah menyelamatkan nyawanya.

Tabib berkata mereka tidak usah berterima kasih kepadanya, harus berterima kasih kepada orang yang memberikan mereka obat dewa itu.

Rupanya orang yang memberi mereka obat dewa ini adalah seorang pejabat tinggi di Kerajaan.

Dia terharu melihat seorang anak yang demikian berbakti kepada ibunya, lalu memerintahkan seorang dari tabib istana datang mengobati penyakit ibunya.

Tabib ini lalu mengeluarkan sepucuk surat yang ditulis oleh pejabat tinggi ini dan memberikan kepada ibunya.

Di dalam surat itu tertulis.

”Sungguh beruntung engkau memiliki seorang anak yang demikian berbakti, untuk menyelamatkan engkau, dia pergi keseluruh penjuru mencari obat dewa untuk mengobati penyakitmu. Tetapi engkau harus selalu ingat, yang benar-benar dapat menyelamatkan nyawa manusia sebenarnya bukan obat dewa, tetapi cinta kasih antara sesama manusia.”

04 Oktober 2010

Penjaga Harta

Pada zaman dahulu kala, seorang Biksu berjalan melewati rumah orang kaya.

Orang kaya ini kebetulan tidak berada di rumah.

Rumah orang kaya ini sangat mewah, perabot furniture di dalam rumah sungguh nyaman. Di dalam ruang tamu ada sebuah kursi malas yang mewah.

Orang kaya ini memelihara seekor anjing. Anjing ini menjadi kesayangan majikannya. Biasanya kursi malas yang ada diruang tamu ini tidak boleh diduduki orang lain.

Hanya anjing itu yang selalu tidur di kursi malas yang empuk dan hangat itu. Anjing itu bahkan sangat jarang dan hampir tidak pernah meninggalkan kursi malasnya.

Bahkan, ketika si anjing makan sehari tiga kali pun, dia tetap duduk di atas kursi ini. Makanan anjing ini dihidangkan dengan peralatan makan yang sangat mewah.

Ketika Biksu memasuki rumah itu, bertepatan saat anjing ini sedang makan.

Ketika anjing ini melihat Biksu, dia melompat turun dari kursinya, menyalak dengan galak, sehingga Biksu tidak bisa mendekatinya.

Biksu kemudian berkata kepada anjing ini, ”Sifat tamakmu terhadap harta masih belum berubah, pada kehidupan yang lalu begitu, pada kehidupan sekarang masih tetap tidak bisa berubah.”

Setelah berkata demikian sang Biksu membalikkan badan meninggalkan tempat itu.

Anjing ini setelah mendengar perkataan sang Biksu, dengan sedih menelungkupkan badannya di lantai.

Tidak berapa lama kemudian, majikannya pulang. Anjing ini tidak seperti biasanya dengan gembira menyambut majikannya, tetap menelungkupkan badannya di lantai.

Majikannya memanggilnya, dia tetap tidak berdiri dan mendekati majikannya, kelihatannya dia sangat sedih.

Akhirnya majikannya menanyakan kepada pembantunya, siapa yang menyakiti anjingnya sehingga anjingnya kelihatan sangat sedih?

Pembantunya kemudian bercerita bahwa tadi sang Biksu lewat.

Anjingnya turun dari kursi malas menyalak dengan galak. Tetapi setelah Biksu berkata beberapa kata, anjing ini berubah menjadi sedih, makanannya juga tidak disentuh.

Orang kaya ini sangat menyayangi anjingnya, setelah mendengar cerita bergegas pergi mencari Biksu dan bertanya kepadaNya, ”Engkau demikian berbelas kasih, kenapa ketika melewati rumah saya, memarahi anjing saya, hingga dia menjadi sangat sedih?” tanyanya.

Sang Biksu menjawab dengan bijaksana.

”Engkau sangat menyayangi anjingmu, karena anjingmu pada kehidupan yang lalu adalah ayah kandungmu. Kehidupan dahulu dia juga sangat suka kepadamu, hal ini adalah wajar,” katanya.

Orang kaya ini setelah mendengar perkataan Biksu, di hatinya timbul kecurigaan lalu dia bertanya kepada Biksu lagi, ”Bagaimana saya bisa membuktikan bahwa dia pada kehidupan yang lalu adalah benar-benar ayah saya?”

Biksu mengatakan kembali kepada orang kaya tersebut.
”Dia mempunyai kebiasaan, mempunyai keterikatan yang sangat besar kepada harta, ketika engkau kecil, karena takut kehilangan hartanya, dia menyembunyikan uang dan harta karunnya. Karena keterikatan yang parah terhadap harta karunnya, sehingga ketika dia meninggal masih khawatir kepada uang dan harta karun yang disimpan sehingga dia reinkarnasi menjadi anjing dirumahmu. Sejak lahir dia sudah sangat menyukaimu, biasanya setiap hari dia tidak pernah meninggalkan kursi malas yang biasanya diduduki ayahmu, jika engkau tidak percaya, pulanglah dan tanyakan kepadanya dimana dia dahulu menyimpan hartanya?”

Orang kaya ini setelah mendengar perkataan Biksu, lalu pulang ke rumahnya. Sambil mengelus-elus anjingnya dia berjongkok bertanya kepada anjingnya.
”Jika benar engkau memang ayah saya, tolong bawa saya ketempat dimana engkau menyembunyikan uang dan harta karunmu?”

Akhirnya, anjing ini tidak berhentinya mengendus-endus dibawah kursi malas, dengan tangannya mengaruk-garuk lantai. Melihat gerakan anjingnya, setengah percaya setengah curiga, akhirnya dia menyuruh pembantunya mencangkul lantai di bawah kursi malas.

Setelah dicangkul lebih kurang satu meter, mereka melihat sebuah kotak besar.

Di dalam kotak ternyata berisi uang dan harta karun. Kotak uang dan harta karun itu, selama ini tersembunyi di bawah kursi malas!”

Setelah melihat kotak berisi uang dan harta karun ini, karena sedih orang kaya itu meneteskan airmata.

”Sungguh mengerikan! Jika di dalam hati tamak dengan harta sungguh mengerikan! Ayah saya demi menjaga hartanya, setelah meninggal, rela reinkarnasi menjadi seekor anjing demi menjaga hartanya. Sungguh kasihan, sungguh menyedihkan dan juga sungguh menakutkan!” katanya

02 Oktober 2010

Matamu adalah pelita tubuhmu

Disuatu desa terpencil dipinggiran kota , tinggalah seorang anak laki-laki bersama 6 saudaranya, kehidupan keluarga ini terlihat sangatlah sederhana, orang tuanya hanya seorang buruh tani, kakak dan adiknya semua masih bersekolah sementara ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurusi keluarga.

Untuk membantu keuangan keluarganya setiap hari selepas pulang sekolah , ia pergi kepasar untuk berjualan asongan.

Pada suatu hari saat anak ini sedang menjajakan dagangannya, tiba-tiba ia melihat sebuah bungkusan kertas koran yang cukup besar , terjatuh dipinggir jalan, lalu diambilnya bungkusan tersebut, kemudian dibukanya bungkusan itu, namun betapa kaget dan terkejutnya ia, ternyata isi bungkusan tersebut berisi uang dalam nominal besar.

Tampak diraut wajahnya rasa iba dan bukan kegembiraan, ia tampak kebinggungan, karena ia yakin uang ini pasti ada yang memilikinya , pada saat itu juga anak ini langsung berinisiatif untuk mencari si pemilik bungkusan tersebut, sambil mencari-cari sipemiliknya, tiba-tiba seorang ibu dengan ditemani seorang satpam datang dengan berlinang air mata menghampiri anak kecil itu , lalu ibu ini berkata “dek, bungkusan itu milik ibu, isi bungkusan itu adalah uang”.

Uang untuk biaya rumah sakit, karena anak ibu baru saja mengalami kecelakan korban tabrak lari, saat ini anak ibu dalam keadaan kritis dan harus cepat dioperasi karena terjadi pendarahan otak, kalau tidak cepat ditangani ibu khawatir jiwa anak ibu tidak akan tertolong.

Pagi ini ibu baru saja menjual semua harta yang ibu miliki untuk biaya rumah sakit, Ibu sangat membutuhkan uang ini untuk menyelamatkan jiwa anak ibu.

Lalu anak kecil tersebut berkata,” benar bu, aku sedang mencari pemilik bungkusan ini, karena aku yakin pemilik bungkusan ini sangat membutuhkan. “Ini bu !, milik ibu”.

Setelah itu anak kecil tersebut langsung berlari pulang , sesampai dirumah ia ceritakan semua kejadian yang baru saja dialami kepada Ibu nya.

Lalu ibunya berkata , “ Benar anak ku ! “, kamu tidak boleh mengambil barang milik orang lain, walau pun itu dijalanan , karena barang itu bukan milik kita. Ibu sangat bangga pada mu nak, walau pun kita miskin , namun kamu KAYA dengan KEBAIKAN dan KEJUJURAN.

Untuk apa kita memiliki kekayaan yang melimpah, sementara kita harus mengorbankan nyawa orang lain . “Kamu sungguh anak yang baik nak” , ibu sangat bersyukur mempunyai anak seperti mu.

Hari ini ibu percaya, kamu sudah menyelamatkan satu jiwa melalui kebaikan dan kejujuran mu, kamu harus jaga terus kejujuranmu , karena kejujuran dapat menyelamatkan banyak orang dan kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana . “Apa yang bukan milik kita, pantang untuk kita ambil”.

(“Matamu adalah pelita tubuhmu, Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi gelap. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.” )