Pages

Subscribe:

24 Desember 2009

Damai Natal Damai di Hati

Seorang Raja mengadakan sayembara dan akan memberi hadiah yang melimpah kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian.

Ada banyak seniman dan pelukis berusaha keras untuk memenangkan lomba tersebut.

Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka.

Hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukainya. Tapi, sang Raja harus memilih satu diantara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang.

Permukaan telaga yang itu bagaikan cermin sempurna yang mematulkan kedamaian gunung-gunung yang tenang menjulang mengitarinya.

Di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak.

Semua yang mandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan terbaik mengenai kedamaian.

Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga.

Namun tampak kasar dan gundul.

Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai, sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar.

Disisi gunung ada air terjun deras yang berbuih-buih, sama sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian.

Tapi, sang raja melihat sesuatu yang menarik, Dibalik air terjun itu tumbuh semak-semak kecil diatas sela-sela batu.

Didalam semak-semak itu seekor induk burung pipit meletakkan sarangnya.

Jadi,ditengah-tengah riuh rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang mengerami telurnya dengan damai.

Benar-benar damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba?

Sang Raja memilih lukisan nomor dua.

Tahukah Anda mengapa?

karena jawab sang Raja, "Kedamaian bukan berarti Anda harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan atau pekerjaan yang keras dan sibuk.
Kedamaian adalah hati yang tenang dan damai, meski Anda berada di tengah-tengah keributan luar biasa."

"Kedamaian hati adalah kedamaian sejati."

"Selamat Natal 2009"


Damai Tuhan Selalu Beserta Kita

22 Desember 2009

Selamat Hari Ibu


“Mahakarya terindah yang Tuhan ciptakan adalah hati seorang Ibu.”


(Santa Theresia dari Lisieux)



Semakin banyak anak yang dimiliki seorang Ibu, semakin tidak egois dia. Seorang guru matematika bertanya kepada seorang muridnya yang masih kecil, “James, misalnya Ibumu membuat sebuah roti bundar dan ada sepuluh orang di rumahmu-papa-mamamu dan delapan orang anak-seberapa besar roti yang menjadi bagianmu?”

“Sepersembilan, Bu,” jawab James mantap.

“Tidak, tidak James. Perhatikan, “ ujar guru itu lagi. “Ingat, ada sepuluh orang di rumahmu. Apakah engkau lupa dengan rumus pecahanmu?”

“Saya tidak salah, Bu,” jawab James, “Saya bisa menghitung dengan baik, Tetapi, Ibu selalu merelakan bagiannya untuk diberikan kepada kami semua!”

10 Desember 2009

Teh dan Gelas

Pada suatu pagi Romo mengundang umat lingkungan kami dalam suatu pertemuan di Pastoran, beberapa rekan yang di undang adalah orang yang sudah mapan dan mempunyai karir yang cukup gemilang, dan setelah mengucap salam; pagi itu semua bercerita tentang keluhan masing-masing atas kehidupan terutama paska kenaikan BBm, tentang susahnya hidup.

Seperti lazimnya Romo menyuguhkan Teh panas dalam sebuah teko, tapi uniknya Romo menyediakan pelbagai jenis gelas dari porselin, plastik, gelas kristal, gelas biasa; beberapa diantaranya gelas mahal dan beberapa lainnya yang sangat indah – kemudiaan Romo mengajak para peserta pertemuan untuk menuang sendiri dan memilih sendiri gelas yang diinginkannya

Setelah semua hadirin mendapat seGelas Teh di tangan, Sang Romo berkata : "Jika kalian perhatikan, semua Gelas yang indah dan mahal telah diambil dan yang tertinggal hanyalah gelas biasa yang murah saja.
Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami." "Pastikan bahwa Gelas itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas teh yang ada. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal; dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum.

Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah Teh Manis tersebut bukan?, bukanlah Gelasnya; namun kalian secara sadar mengambil Gelas paling terbaik dan kemudian mulai memperhatikan Gelas Orang - orang lain."

"Sekarang perhatikanlah bahwa : Kehidupan bagaikan Teh Manis, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah Gelasnya. Gelas sebagai alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis Gelas yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada gelas, kita gagal untuk menikmati Teh Manis hangat yang Tuhan sediakan bagi kita." Tuhan memasak dan membuat Teh Manis, bukan Gelasnya. Jadi nikmatilah Teh Manisnya, jangan Gelasnya.

Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda.

Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan.

Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia.

Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.