Pages

Subscribe:

29 Agustus 2010

Semut yang tamak

Pada suatu hari, raja semut yang berada disarangnya yang berada didalam goa, memerintah prajurit-prajuritnya keluar mencari makanan.

Seekor semut kecil bertemu dengan seekor lalat yang mati, lalu pulang melapor kepada rajanya: ”Saya melihat seekor lalat mati ditepi jalan, ayo kita ramai-ramai menggotong pulang lalat tersebut dan disantap bersama.”

Raja semut dengan malas-malas berkata: ”Seekor lalat mana cukup untuk kita semua makan, saya tidak akan pergi.”

Beberapa saat kemudian, datang lagi seekor semut melapor : ” Dipadang rumput saya melihat seekor capung yang mati, kita bawa pulang untuk disantap ya!”

Raja semut menggelengkan kepalanya : ”Seekor capung mana cukup untuk kita makan, tidak saya tidak akan pergi.”

Setelah berkata demikian datang lagi seekor semut melapor : ”Saya melihat seekor kerbau yang mati dibawah sebatang pohon, kita kesana menyantapnya.”

Setelah mendengar perkataan semut ini Raja semut dengan gembira memerintah semua prajurit-prajuritnya ikut bersamanya pergi menyantap daging kerbau.

Semua prajurit-prajuritnya dengan gembira menari-nari, mereka mengikuti raja semut pergi ke bawah batang pohon, begitu mereka sampai disana mereka melihat seekor kerbau yang terbaring dibawah pohon, sebelum diperintah raja semut, prajurit-prajurit tersebut semuanya menyerbu ke badan kerbau, ada yang menggigit, ada yang mengerogoti kulitnya, ada yang menarik kulitnya, pemandangan ini kelihatan lebih seru dari semut merebut gula-gula.

Rupanya kerbau itu tidak mati, tapi hanya berbaring beristirahat saja, begitu digigit dan dan di gerogoti oleh para semut, kerbau langsung terbangun dari tidurnya.

Begitu terbangun dari tidurnya, kerbau merasa badannya gatal-gatal digigit semut, lalu membalikkan badannya, begitu membalikkan badan banyak semut-semut yang mati tertimpa oleh badannya yang besar.

Melihat situasi demikian raja semut memerintah prajurit-prajuritnya segera lari dari sana, sebelum dia selesai berkata, kerbau sudah berdiri dan berjalan menuju ke sungai.

Para semut dengan ketakutan berteriak meminta tolong! Kerbau sampai di sungai langsung mencebur dirinya kedalam sungai, para semut terapung diatas air dan dihanyutkan oleh air sungai.

Raja semut terhanyut sampai ditepi sungai dengan susah payah dia naik ke daratan, melihat semua prajurit-prajuritnya hilang dibawa arus, dengan menyesal dan suara keras dia menangis dengan sedih di pinggir sungai :

”Semua ini terjadi karena rakus, Kenapa saya demikian tamak!”

26 Agustus 2010

Labu

Di sebuah pinggir jalan raya, tampak dua pengemis cilik sedang meminta sedekah.

Mereka berjalan terus hingga bertemu dengan seorang petani yang sedang mengerjakan sawahnya, sang kakak bertanya pada petani tersebut, "Paman, tahukah anda dimanakah letak kebahagiaan?"

Sang petani menjawab, "Mulai dari sini teruslah berjalan ke depan, kalian akan melihat buah labu yang besar, asalkan kalian mengambilnya dan menggunakannya sebagai bantal maka kalian akan merasa bahagia."

Setelah mengucapkan terima kasih, mereka melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan sang kakak mengomel, "Aku tidak percaya pada omongan paman petani itu, mana ada urusan sesederhana itu."

"Kak, sekarang ini kita keliling ke segala penjuru tidak tahu arah mana yang dituju, tidak ada salahnya kita mencoba mengikuti petunjuk paman petani tadi", adiknya pun terus menarik-narik tangan si kakak. Si kakak masih mengeluh, "Aku sangatlah lapar, sudah tidak sanggup berjalan lagi."

Disaat mereka duduk dengan kelelahan dan kelaparan yang sangat, lewatlah seorang bibi yang memandang mereka dengan iba.

Bibi itu berkata, "Kalian berasal dari mana?" Sang adik bertanya pada bibi tersebut, "Bibi yang baik hati, tahukah anda di mana letak buah labu yang bisa membuat bahagia?" Sang kakak juga berkata, "Bibi, kami adalah dua anak yatim piatu yang sedang kelaparan, mohon Bibi sudi memberikan kami sedikit makanan."

Si bibi berkata, "Kalian seperti anakku yang telah meninggal, ikutlah aku pulang, aku akan memberi kebahagiaan pada kalian." Mereka berdua tentu saja sangat gembira, langsung saja memanggil "Ibu" pada bibi tersebut.

Sepuluh tahun kemudian, kedua pengemis itu telah tumbuh dewasa, tetapi karakter mereka berdua sangatlah berlawanan.

Suatu hari saat makan, sang adik berkata pada kakaknya, "Kak, kalau makan, janganlah boros."

Sang kakak menjawab dengan nada tidak senang, "Kenapa kamu selalu mencampuri urusanku? Sekarang ibu sudah meninggal, saya mau melakukan apapun yang kusuka."

Sambil berkata demikian, dia membuang sepotong paha ayam ke lantai.

Suatu senja, sang adik membaca buku, kemudian merenung sejenak, "Tinggal di sini memang sangat nyaman, makan tidur semua terjamin, tetapi aku tidak merasakan kebahagiaan."

Tiba-tiba dia teringat perkataan si petani itu, "Oh iya.., labu.. saya akan menanam labu!"

Segera si adik menanam bibit labu, ketika labu telah tumbuh besar, dia memotongnya dan menjadikan sebagai bantal tidur, berharap mendapat kebahagiaan.

Tapi sang adik tidak bisa tidur nyenyak dengan bantal barunya, "Aduh, kepalaku tergelincir jatuh lagi, mengunakan labu sebagai bantal sungguh tidak dapat tidur nyenyak. Baiklah, karena sudah terlanjur bangun, saya akan mulai bekerja."

Karena tidak tahan dengan kelakuan sang kakak yang rakus dan malas, si adik meninggalkan rumah dan hidup sendiri sambil bertani labu.

Berkat kerajinan sang adik, dia tidak hanya mampu membeli tanah, namun juga telah mempersunting istri dan membeli rumah kecil.

"Suamiku, bantalmu sungguh aneh", kata si istri.

Si suami menjawab, "Oh, ini bantal labu. Saya telah terbiasa mengunakannya untuk tidur. Yah..saya mengerti sekarang".

Si istri terkaget, "Apanya yang dimengerti?"

Suami menjelaskan, "Sekarang saya mengerti, waktu kecil, saya pernah bertemu dengan seorang petani yang mengatakan tidur beralaskan labu akan mendatangkan kebahagiaan. Saya sekarang sangat bahagia, hal ini karena tidur dengan bantal labu ini khan."

Si istri pun tersenyum, "Tidur dengan bantal labu, membuat orang tidak dapat tidur nyenyak sehingga lebih rajin bekerja. Kebahagiaan didapat berkat rajin bekerja."

Sepasang suami istri sepakat untuk berderma menolong fakir miskin agar dapat berbagi kebahagiaan yang didapat dari bantal labu pada mereka. Sedang sang kakak yang rakus namun malas bekerja, setelah menghabiskan semua harta yang ada menjadi orang yang tidak mempunyai apapun lagi.

23 Agustus 2010

Penjual Tanah

Dahulu kala, disebuah sebuah dusun.

Kaum lelaki dusun tersebut bercocok tanam, sedangkan kaum perempuan bertenun. Hidup mereka berkecukupan dan makmur.

Pada suatu hari, dusun itu kedatangan seorang lelaki tua berpakaian compang-camping.

Dia memikul dua keranjang bambu yang diisi tanah, berjalan di sepanjang jalan untuk dijual. Akan tetapi tidak ada orang yang sudi menanyakannya.

Orang tua itu melihat tidak ada siapa pun yang mau membeli tanah,dia lalu berkata kepada penduduk dusun, "Di rumah saya masih ada seorang ibu renta yang harus saya hidupi. Kami sudah kehabisan beras untuk beberapa hari, saya juga tidak memiliki barang untuk dijual, maka terpaksa memikul tanah ini untuk ditukar dengan uang demi menghidupi ibu saya."

Penduduk dusun tidak pernah mendengar hal yang sedemikian aneh, menjual tanah untuk ditukar dengan uang.

Mereka semua tak bisa menahan tawa, ada seseorang menyeletuk, "Pak tua, apa keistimewaan tanah ini? Bukankah ini ada dimana-mana, jadi siapa yang mau membelinya?"

Pak tua itu menjawab, "Benda ini kelihatannya biasa, tetapi benda ini memuat berkah yang besar. Dia bisa menolong manusia di saat menghadapi bencana besar. Mohon kepada siapa yang berhati baik, kasihanilah ibu saya yang ada di rumah. Belilah sepikul tanah ini!"

Pak tua ini baru selesai berbicara, ada seorang lain yang menimpali, "Tanah memangnya bisa menolong orang? Siapa yang percaya? Pak tua jangan-jangan Anda mau menipu kami." Perkataan tersebut menyebabkan semua orang tertawa lagi.

Kelihatannya tidak ada seorang pun yang mau membeli tanahnya.

Lalu Pak tua itu sembari menghela nafasnya dan berkata, "Saya ini orang tua yang telah berjalan menelusuri jalan dan lorong, menjual tanah mengantarkan hidup,sudah puluhan hari. Namun sayang sekali tidak ada orang yang mau membeli. Kasihan sekali ibuku yang tua renta, dia harus menahan lapar lebih lama lagi."

Saat itu, ada seorang berusia paruh baya. Orang-nya jujur dan baik hati. Dia menaruh iba pada keadaan Pak tua yang sangat kasihan itu, dia lalu berkata, "Pak tua, saya beli tanahmu itu seharga 300 tail. Tolong Anda letakkan tanah itu di halaman depan rumah saya saja, dan cepat-cepatlah bergegas pulang, agar ibumu yang ada di rumah tidak menjadi khawatir."

Semua orang yang melihatnya, menertawakan orang yang membeli tanah itu sambil membubarkan diri.

Saat itu, hari sudah beranjak malam, si Pak tua penjual tanah masih sibuk menebarkan tanah disekeliling rumah orang baik tadi. Setelah selesai, lalu Pak Tua itu berkata pada tuan rumah, "Tanah sudah saya berikan kepada Anda." Kemudian dia meninggalkan tempat itu, hilang dalam kegelapan malam.

Malam itu, bumi serasa merekah dan langit runtuh, gunung bergoncang dan laut berderu, hujan badai bagaikan air yang tertuang dari langit. Dalam legenda dikatakan bahwa Laut Utara menyatu dengan Laut Selatan.

Keesokan harinya, orang yang baik hati itu membuka pintu untuk melihat. Namun alangkah terkejutnya ia melihat rumahnya dikelilingi oleh tanggul dari tanah.Di luar tanggul hanya terlihat air bagai lautan. Seluruh tetangganya habis tersapu air bah, hanya rumahnya sendiri selamat karena dikelilingi oleh tanggul tanah.

Orang yang baik hati itu segera mengerti. Ternyata Pak tua penjual tanah itu telah menyelamatkan nyawa sekeluarganya!Pak tua itu menyebarkan tanah untuk menghadang air bah. Setelah air bah surut, orang yang baik hati itu itu membawa keluarganya untuk pindah ke tempat lain.

Dari cerita tersebut, kita bisa dapatkan pemahaman seperti ini: Kebajikan bisa menolong diri sendiri.

Tindakan kebaikan orang yang baik itu yang telah menyelamatkan nyawa seluruh keluarganya. Tuhan hanya menolong manusia yang baik. Jika saja penduduk dusun itu mengerti bahwa tindakan kebaikan itu dapat menyelamatkan nyawa mereka, sudah pasti mereka akan membantu Pak tua penjual tanah itu.

Akan tetapi sejarah itu telah berlalu, dan tidak bisa diulang kembali, jadi penduduk dusun itu juga tidak memiliki kesempatan untuk memilih sekali lagi, pelajaran yang mereka dapatkan hanya bisa menjadi komentar dan sebagai referensi bagi generasi penerus.

21 Agustus 2010

Kantong emas ajaib

Nun jauh disana, tinggallah si miskin bersama istrinya di sebuah gubuk.

Karena malas dan hanya suka mengkhayal, kehidupan si miskin tidak pernah berubah.

Suatu pagi, seperti biasanya, si miskin duduk di depan rumah sambil melamun, "Aku sangat ingin jadi kaya!

Sang istri tiba-tiba membuyarkan lamunannya, "Suamiku, tetangga desa sebelah akan menikahkan anaknya, aku pergi membantu, lumayan dapat sedikit uang belanja, beberapa hari lagi aku akan pulang."

Si miskin kembali lagi termenung, melamun.

Tiba-tiba dia dikejutkan lagi oleh sesosok makhluk berjubah hitam, sambil memegang tongkat besar, sang makhluk berkata, "Aku mempunyai sebuah kantong ajaib, bisa membuat kamu menjadi kaya".

Dari jubahnya, makhluk tersebut mengeluarkan sebuah kantong.

Si miskin yang masih belum hilang rasa terkejutnya menyahut, "Sssungguh bisa membuat aku menjadi kaya?"

Makhluk misterius itu berkata, "Kantong ajaib ini selamanya akan menyisakan sebatang emas, tidak akan habis diambil, ketika kamu merasa batang emas telah cukup, maka buanglah kantong ajaib ini ke sungai, barulah kamu boleh membelanjakannya".

Seketika itu juga sang makhluk berubah menjadi asap dan menghilang, hanya tinggal sebuah kantong tergeletak di atas tanah.

Si miskin termenung sesaat, sambil mengamati kantong tersebut, dia berpikir, "Benar atau tidak ya? Apa salahnya dicoba dulu", lalu dia memunggutnya, "Wah! ternyata sungguh batang emas".

Si miskin itu tertawa sangat gembira. Semalaman dia terus menerus mengambil batang emas tersebut. "Sungguh beruntung sekali, akhirnya aku dapat menikmati segala macam makanan yang enak dan mahal, ha ha ha !".

Keesokan harinya, si miskin berjalan ke tepi sungai, bersiap siap melemparkan kantong ajaib. Namun sifat serakah muncul dipikirannya, dia pun berpikir, "Batangan emas sebelumnya masih belum cukup untuk membeli sebuah istana! Tidak boleh, masih belum boleh membuangnya, batang emas harus diambil sehari lagi barulah cukup, besok pagi aku pasti membuangnya".

Lalu si miskin pulang kembali ke rumah, melanjutkan mengambil emas dari kantong ajaib semalaman. Saking asyiknya, diapun tidak merasa lapar maupun haus.

Pagi hari ke 2, si miskin kembali berjalan ke tepi sungai, bersiap-siap melemparkan kantong ajaib.

Namun dia pun berpikir lagi, "Ah, batang-batang emas tersebut apakah cukup untuk seumur hidup? Jika sekarang aku membuangnya ke sungai, nanti pasti akan menyesal, bagaimana ya? Ah, aku menahan lapar sehari lagi saja, besok aku sudah bisa menggunakan emas tersebut. Ha..ha..".

Demikianlah, sehari demi sehari si miskin menunda melemparkan kantong ajaib ke sungai.

Dengan suara lemas dan mata menerawang, si miskin masih berpikir, "Tidak lapar, tidak lapar, sebentar lagi mau makan enak! Sekarang tambah sedikit lagi batangan emas, aku masih ingin mencari pembantu untuk membersihkan istanaku."

Beberapa hari kemudian, sang istri pulang ke rumah.

"Suamiku, aku telah pulang. Bukalah pintu!", setelah lama memanggil, sang suami tak juga membukakan pintu.

Si istri mencoba mendorong pintu, "Kenapa pintu ini tidak bisa terbuka?".

Sang istri tidak bisa membuka pintu karena terhalang oleh batangan emas, dan si miskin telah meninggal kelaparan ditumpukan batang emasnya.

19 Agustus 2010

Pakaian orang bijak

Di suatu tempat, ada seorang bijak yang selalu berpakaian apa adanya.

Seorang pemuda mendatanginya dan bertanya, "Saya tak mengerti mengapa orang seperti anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk banyak tujuan lain."

Orang bijak itu hanya tersenyum; ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"

Melihat cincin orang bijak yang kotor itu, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu." "Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak.

Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali kepada orang bijak itu dan melapor, "Tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."

Sambil tetap tersenyum arif, orang bijak berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga. Dengarkan saja, bagaimana ia memberikan penilaian."

Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada orang bijak itu dengan raut wajah yang lain.

Ia kemudian melapor, "Ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."

Orang bijak itu tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas".

Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa.

Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses.

Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas.

Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."

16 Agustus 2010

Si Kikir

Seorang yang sangat Kikir mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya.

Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang.

Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Kikir itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.

Ketika si Kikir menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.

Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.

"Emasku! oh.. emasku!" kata si Kikir, "seseorang telah merampok saya!"

"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"

"Membeli sesuatu?" teriak si Kikir dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.

Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.

"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"

Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.

13 Agustus 2010

Seekor Burung Kecil

Hari itu salah satu hari musim gugur yang dingin ketika seorang petani melihat seekor burung kecil berbaring terlentang ditengah ladangnya.

Petani itu berhenti mencangkul, kemudian menghampiri makhluk bersayap yang ringkih itu lalu bertanya, “Mengapa kau berbaring dengan kaki ke atas seperti itu?”

“Kudengar langit akan runtuh hari ini,” sahut sang burung.

Petani renta itu berdecak. “Apakah menurutmu kau dapat menahan langit dengan sepasang kaki kurusmu?”

“Bukankah orang harus mengerjakan yang mampu diperbuatnya,” jawab sang burung dengan tegas.

11 Agustus 2010

Selamat Puasa


Puasa mengambil jarak dengan dunia,
agar manusia tidak jadi budaknya

Karena dunia adalah permainan,
bermegah-megah dengan bangunan.

Berbangga-bangga dengan kekayaan,
semua itu dapat melalaikan.

Manusia hanyalah pengembara,
saat mati hartanya tak akan dibawa,
hanya amal dan ibadah yang ikut serta.

Yang ada disisi manusia akan sirna,
Yang ada di sisi Allah abadi selamanya.


_______________________________________________
Bagi saudara-saudaraku umat muslim saya ucapkan:
Selamat menunaikan Ibadah Puasa.

10 Agustus 2010

Aku menciptakan Engkau


Di jalan aku melihat seorang gadis kecil kedinginan dan menggigil dalam pakaiannya yang tipis, dengan sedikit berharap akan makanan yang cukup.

Aku marah dan berkata kepada Tuhan :

Mengapa Kau mengijinkan hal seperti ini?
Mengapa Kau tidak melakukan sesuatu?


Untuk beberapa saat Tuhan diam.

Namun malam itu, tiba-tiba Dia menjawab : "Aku pasti melakukan sesuatu."

Aku menciptakan engkau!!"

09 Agustus 2010

What do you think about this??

07 Agustus 2010

Secangkir Teh

Di sebuah kerajaan, karena kesibukan sang raja memerintah, permaisurilah yang menemani dan sangat memanjakan sang pangeran. Pangeran tumbuh menjadi pemuda yang sombong, egois, kurang sopan santun, dan malas belajar. Raja sangat sedih memikirkan sikap pangeran muda. Bagaimana nasib negeri ini nantinya?

Setelah berbincang dengan permaisuri, raja pun bertitah: “Anakku, tahta kerajaan akan ayah serahkan kepadamu, tetapi dengan syarat engkau harus tinggal dan belajar selama 1 tahun di atas bukit bersama seorang guru yang telah ayah pilih. Bila engkau gagal, maka tahta kerajaan akan ayah serahkan kepada orang lain.”

Pangeran serta merta menyanggupi persyaratan itu. Dalam hati ia berkata, “Apalah artinya penderitaan 1 tahun dibandingkan kelak sebagai raja, aku bisa hidup mewah dan bersenang-senang seumur hidupku!”

Setibanya di kediaman sang guru, tingkah laku pangeran tetap sombong, menyebalkan, dan tidak sopan. Dia merasa sebagai pangeran, semua orang harus menuruti kemauannya. Setiap kali gurunya bertanya, pangeran menjawab semaunya. Setiap kali gurunya menerangkan pelajaran, pangeran tidak mendengarkan-merasa sudah tahu semua.

Tidak terasa hari pun berganti minggu. Sang guru berpikir keras tentang cara untuk memberi pelajaran kepada pangeran yang sombong dan sok pintar itu.

Suatu hari, sang guru menyeduh teh dan menuangkan ke cangkir pangeran. Air teh dituang terus dan terus hingga tumpah ke mana-mana sehingga tehmengenai tangan sang pangeran. Pangeran berteriak marah, “Hai, bodoh sekali! Menuang teh saja tidak becus! Cangkir sudah penuh mengapa masih dituang terus? Air mendidih, lagi!”

Dengan tersenyum sang guru berkata tegas, “Beruntung hanya tangan pangeran yang terkena percikan teh panas. Sebagai seorang pangeran, calon raja dan suri teladan bagi rakyatnya, tidak sepantasnya berkata tidak sopan seperti itu, lebih-lebih kepada gurunya sehingga sepantasnya mulut pangeranlah yang harus dituang teh panas ini. Guru sengaja menuang terus cangkir yang telah terisi penuh karena ingin mengajarkan kepada Yang Mulia bahwa cangkir teh diumpamakan sama seperti otak manusia. Bila telah terisi penuh maka tidak mungkin diisi lagi. Karenanya kosongkan dulu cangkirmu, kosongkan pikiranmu, agar bisa diisi hal-hal baru yang positif. Hanya bekal ini yang ingin guru sampaikan. Bila pangeran tidak berkenan, silakan pergi dari sini.”

Mendengar perkataan sang gurunya yang tegas, pangeran seketika tertunduk malu. Peristiwa itu menyadarkan pangeran untuk mengubah sikapnya dan menerima pelajaran dari gurunya. Tentu saja perubahan sikap pangeran ini membuat raja sangat bergembira.
__________________________________________

Karena status, pendidikan, atau kedudukan, seringkali seseorang merasa lebih tahu, lebih mengerti, dan lebih pintar dari orang lain. Sikap seperti ini membuat pikiran tertutup (atau mental block), sulit menerima hal-hal baru yang diberikan oleh orang lain.

Sikap seperti ini jelas merugikan dirinya sendiri. Jika kita bisa bersikap open mind / membuka pikiran dalam menerima hal-hal baru dan mau menerima kritikan yang diberikan oleh orang lain, maka kita akan dapat memetik banyak keuntungan; seperti bertambahnya wawasan, ide, pengetahuan, pengertian, wisdom, dan lain sebagainya. Pasti semua itu bisa kita manfaatkan untuk mengembangkan dan menciptakan kesuksesan.


Sumber: AW