Pages

Subscribe:

28 Februari 2010

Jendela

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit.

Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya.

Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.

Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya.

Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam.

Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi selama liburan.

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela diperbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya.

Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah."

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu.

Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu.

Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas.

Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.

Begitulah seterusnya, dari hari ke hari.

Dan, satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya.

Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah.

Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu.

Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya.

Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun.

Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu.

Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu.

Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya.

Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOKKOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu.

Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun.

"Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup," kata perawat itu.

25 Februari 2010

Kelinci

Kelinci memang dari dulu terkenal sebagai hewan yang bernyali kecil, sering ketakutan tanpa alasan yang jelas, sesegera mungkin menyingkir bila dia merasa terganggu keamanannya.

Suatu hari, terlihat sekelompok kelinci sedang berkumpul di tepi sebuah sungai, mereka sibuk berkeluh kesah meratapi nyalinya yang kecil, mengeluh kehidupan mereka yang senantiasa dibayangi dengan mara bahaya. Semakin mereka ngobrol, semakin sedih dan ketakutan memikirkan nasib mereka.

Alangkah malangnya lahir menjadi seekor kelinci. Mau lebih kuat tidak punya tenaga, ingin terbang ke langit biru tidak punya sayap, setiap hari ketakutan melulu. Mau tidur nyenyak pun sulit karena terganggu oleh telinga panjang yang tajam pendengarannya sehingga matanya yang berwarna merah pun semakin lama semakin merah saja.

Mereka merasa hidup ini tidak ada artinya. Daripada hidup menderita ketakutan terus, mereka berpikir lebih baik mati saja. Akhirnya mereka mengambil keputusan beramai-ramai hendak bunuh diri dengan melompat dari tepian tebing yang tinggi dan curam. Maka para kelinci terlihat berbondong-bondong menuju ke arah tebing.

Saat mereka melewati pinggir sungai, ada seekor katak yang terkejut melihat kedatangan kelinci yang berjumlah banyak. Tergesa-gesa si katak ketakutan dan segera meloncat ke sungai melarikan diri.

Walaupun si kelinci sering menjumpai katak yang melompat ketakutan saat melihat kelinci melintas, tetapi sebelum ini mereka tidak peduli. Berbeda untuk kali ini. Tiba-tiba ada seekor kelinci yang tersadar dari kesedihannya dan langsung berteriak, "Hei, berhenti! Kita tidak usah ketakutan sampai perlu harus bunuh diri. Karena lihatlah, ternyata ada hewan lain yang lebih tidak bernyali dibandingkan kita yakni si katak yang terbirit-birit saat melihat kita!"

Mendengar kata-kata itu, kelinci yang lain tiba-tiba pikiran dan hatinya terbuka, seolah-olah tumbuh tunas keberanian di hati mereka.
Maka dengan riang gembira mereka mulai saling membesarkan diri masing-masing, "Iya, kita tidak perlu ketakutan!"

"Tuh kan, ada mahluk lain yang lebih pengecut dari kita."

"Iya, kita harus semakin berani."

Perlahan-lahan mereka berbalik arah kembali kearah pulang dengan riang gembira dan melupakan niatnya untuk bunuh diri.

---
Saat keberuntungan sedang tidak memihak kepada kita, jangan suka meratapi nasib yang dirundung malang seakan-akan hanya kitalah mahluk paling menderita di muka bumi ini. Lihatlah di sekeliling kita. Masih begitu banyak orang yang lebih susah, sengsara, dan sial dibandingkan kita. Jika mereka yang hidup dalam kekurangan tetapi mampu menjalaninya dengan tegar dan tetap berjuang, kenapa kita tidak?

Apa pun keadaan kehidupan kita hari, seharusnya kita jalani dengan optimis dan aktif. Nasib tidak akan dapat kita ubah tanpa manusia itu sendiri yang siap mengubahnya. Karena sesungguhnya, `sukses adalah hak setiap orang'. Success is my right, sukses adalah hak siapa saja yang mau berjuang dengan sungguh-sungguh.

Sumber: Kelinci Si Penakut oleh Andrie Wongso

21 Februari 2010

Kepiting

Suatu ketika di sore hari yang terasa teduh, tampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai.

Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.

Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai di mana sumber suara tadi berasal.

Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.

Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya.

Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda.

Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya.

Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai.

Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.

Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda: "Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?"

"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting" jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.

Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.

"Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, betul kan ?"

Seketika itu, si pemuda tersadar, "Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman ajarkan."

_________________

Sobat, Mempunyai sifat belas kasih, mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun.

Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.

Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu. Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak.

Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.

18 Februari 2010

Minta Hujan

Kemarau panjang melanda sebuah desa, air menjadi barang yang sangat susah dicari.

Pemimpin desa mengumpulkan semua warganya untuk membahas cara mengatasi masalah ini.

Katanya :"Wargaku sekalian, saya mendengar informasi bahwa desa tetangga sudah turun hujan sejak minggu kemarin. Setelah saya selidiki ternyata mereka berdoa dan beriman kepada Tuhan dan membayangkan mereka sudah mendapatkannya. Karena itu saya minta kita semua warga disini juga melakukan hal yang sama. Baiklah besuk pagi-pagi benar kita berkumpul lagi di tempat ini untuk menyambut turunnya hujan."

Setelah itu semua warga pulang dan berdoa malam itu.

Pagi-pagi benar semua warga sudah kembali berkumpul. Mereka menunggu sampai siang hari dan hujanpun tidak turun.

Kemudian Pemimpin desa bertanya pada semua warga "Apakah mereka sungguh sudah berdoa, beriman dan membayangkan mereka sudah menerimanya ?".

Mereka semua menjawab sudah melakukannya.

Lalu kata pemimpin desa "Benar, kalian memang berdoa, beiman dan membayangkan sudah mendapatkannya... tapi tindakan nyata dari imanmu tidak ada !"

"Kalian berdoa, beriman dan membayangkan hujan turun deras hari ini, tetapi kenapa tidak ada seorang wargapun yang berkumpul disini membawa payung agar nanti pulang tidak kehujanan ?"

Cerita ini menunjukkan bahwa banyak manusia yang berdoa dan memohon tapi mereka sendiri tidak yakin bahwa doa mereka akan terkabul..

14 Februari 2010

Sangu untuk tahun Macan

Jika kita sebagai calon penumpang sebuah bus, manakah di antara ketiga sopir berikut yang akan kita pilih ?

Sopir pertama selalu melihat spion kiri dan kanan serta kaca di tengah untuk memperhatikan situasi di belakang.

Dia tidak sadar di depannya lampu lalu lintas sedang menyala merah, atau ada orang yang sedang menyeberang, atau ada ‘polisi tidur’, dan lain-lain.

Sopir kedua selalu melihat jauh ke depan, ke arah yang dituju. Dia tidak sadar ada mobil lain yang akan menyalipnya, lampu lalu lintas di depannya sedang menyala merah, atau ada orang yang sedang menyeberang, atau ada ‘polisi tidur’, dan lain-lain.

Sopir ketiga tahu persis tujuan yang ingin dicapai sehingga tahu arah ke depan yang harus ditempuh.

Juga berdasarkan pengalamannya, dia sadar bahwa sesekali harus melihat spion kiri, kanan dan tengah untuk mengantisipasi kondisi di belakangnya.

Dan yang terpenting, sopir ini memberikan perhatian sepenuhnya pada jalan di depan yang sedang dilalui.

Hampir semua dari kita akan memilih sopir ketiga karena kita lebih yakin bisa mencapai tujuan tanpa mengabaikan keselamatan sepanjang perjalanan.

Kenyataannya banyak orang yang tanpa disadari berlaku sebagaimana halnya sopir pertama dan kedua.

Yang lebih memprihatinkan adalah orang-orang yang sebenarnya sadar bahwa dirinya berlaku seperti sopir pertama dan kedua tapi tidak pernah berupaya secara sungguh-sungguh untuk melakukan transformasi dirinya menjadi sopir ketiga yang sebenarnya memiliki ‘cara mengemudi‘ yang jauh lebih aman dan pasti dalam mencapai tujuan.

Sopir pertama adalah orang yang selalu terbenam pada masa lalunya, yang baik maupun kurang baik, keberhasilan atau kegagalan, dan lain-lain.

Dia kurang memberikan perhatian pada saat sekarang dan tidak pula mencoba untuk menentukan arah dan tujuan hidupnya. Jika bisa waktu akan diputar olehnya kembali ke masa lalu.

Sopir kedua adalah orang yang penuh ambisi dan semangat untuk mencapai banyak hal dalam hidupnya di masa mendatang.

Dia kurang memberikan perhatian pada saat sekarang dan sedikit sekali belajar dari pengalaman masa lalunya untuk dipakai sebagai pengungkit bagi dirinya dalam menghadapi kehidupannya sekarang dan di masa mendatang.

Jika bisa waktu akan diputar olehnya lebih cepat ke masa depan.

Sopir ketiga adalah orang yang memberikan perhatian terhadap kekinian, terhadap saat sekarang dengan selalu berkonsentrasi pada apapun yang sedang dihadapi.

Jika kita bisa menjadi sopir ketiga dan mampu mempraktekkan perhatian penuh pada setiap saat, sedikit demi sedikit hasil yang kita raih dari setiap aktivitas yang kita lakukan akan meningkat kualitasnya.

Pada akhirnya kita akan menjadi orang-orang yang lebih baik dan lebih berkualitas, yang mampu bersaing dalam kompetisi hidup profesional maupun sosial kemasyarakatan yang begitu ketat dewasa ini.

Bukan berarti kita dilarang mengingat masa lalu ataupun merencanakan dan berpikir tentang masa depan. Akan tetapi kita secara sadar dan tepat meletakkan diri, pikiran dan perhatian kita berkaitan dengan tiga horizon waktu (masa lalu, saat sekarang, masa depan).

Gunakan masa lalu sebagai pengalaman dan pelajaran untuk menjadi lebih baik, dan masa depan sebagai tuntunan, penunjuk jalan dan visi ke depan dalam hidup kita.

Yang paling utama adalah berikan totalitas kita terhadap masa sekarang, maka masa depan pada akhirnya akan menjadi masa sekarang dan selanjutnya bergerak menjadi masa lalu yang tidak akan pernah kita sesali karena sudah diisi dengan sebaik-baiknya.

SELAMAT TAHUN BARU IMLEK


Gong Xie Fat Cai, may GOOD HEALTH, PEACE, PROSPERITY,HAPPINESS and LONGETIVITY be with you and great SUCCESS in making BETTER & GREATER THINGS HAPPEN!

11 Februari 2010

Prinsip 90/10

Inspired by Stephen R. Covey's book, The 7 Habits of Highly Effective People®


Bagaimana prinsip 90/10 itu?
  1. 10% dari hidup Anda terjadi karena apa yang langsung Anda alami.
  2. 90% dari hidup Anda ditentukan dari cara Anda bereaksi.

Apa Maksudnya?

Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri Anda.

Contohnya:
  1. Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan.
  2. Pesawat terlambat datang dan hal ini akan membuang seluruh schedule Anda.
  3. Kemacetan telah menghambat seluruh rencana Anda.
  4. Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini.

Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat mengontrol yang 90% ini.

Bagaimana caranya?

Dari cara reaksi Anda !!!. Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi Anda dapat mengontrol reaksi Anda.

Marilah kita lihat contoh di bawah ini:

KONDISI:
Anda makan pagi dengan keluarga Anda. Anak Anda secara tidak sengaja menyenggol cangkir kopi minuman Anda sehingga pakaian kerja Anda tersiram kotor.

Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi ???

Reaksi Anda (1):

Anda bentak anak Anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian Anda. Anak Anda akhirnya menangis. Setelah membentak, Anda menoleh ke istri Anda dan mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir di ujung meja.

Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke kamar dan cepat-cepat ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak Anda masih menangis sambil menghabiskan makan paginya.

Akhirnya anak Anda ketinggalan bis. Istri Anda harus secepatnya pergi kerja. Anda buru-buru ke mobil dan mengantar anak Anda ke sekolah. Karena Anda telat, Anda laju mobil dengan kecepatan 70 km/jam padahal batas kecepatan hanya boleh 60 km/jam.

Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000,- karena melanggar lalu lintas, akhirnya Anda sampai di sekolah. Anak Anda secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit.

Setelah tiba di kantor di mana Anda telat 20 menit, Anda baru ingat kalau tas Anda tertinggal di rumah.

Hari kerja Anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan semakin buruk.

Pikiran Anda terganggu karena kondisi di rumah. Pada saat tiba di rumah, Anda menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan istri dan anak Anda.

Mengapa ? Karena cara Anda bereaksi pada pagi hari.

Mengapa Anda mengalami hari yang buruk ?
1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi ?
2. Apakah penyebabnya karena anak Anda ?
3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas ?
4. Apakah Anda penyebabnya ?


Jawabannya adalah No. 4 yaitu penyebabnya adalah ANDA SENDIRI !!!

Anda tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir kopi.

Cara Anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata adalah penyebab hari buruk Anda.

Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya Anda sikapi.

Reaksi Anda (2):

Cairan kopi menyiram baju Anda. Begitu anak Anda akan menangis, Anda berkata lembut : "Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya." Anda ambil handuk kecil dan lari ke kamar.

Setelah mengganti pakaian dan mengambil tas, secepatnya Anda menuju jendela ruang depan dan melihat anak Anda sedang naik bis sambil melambaikan tangan ke Anda.

Anda kemudian mengecup lembut pipi istri Anda dan mengatakan: "Sampai jumpa makan malam nanti."

Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat dan dengan muka cerah menegur staf Anda.

Bos Anda mengomentari semangat dan kecerahan hari Anda di kantor.

Apakah Anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut?

2 (dua) skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan kondisi berbeda.

Mengapa?

Ternyata penyebabnya adalah dari cara Anda bereaksi !.

Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi.

Tetapi yang 90% tergantung dari reaksi Anda sendiri.

Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10.

Jika ada orang yang mengatakan hal buruk tentang Anda, jangan cepat terpancing.

Biarkan serangan tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar buruk tersebut mempengaruhi Anda.

Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan Anda: kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain yang merugikan.

Bagaimana reaksi Anda jika mobil Anda mengalami kemacetan dan terlambat masuk kantor?

Apakah Anda akan marah? Memukul stir mobil? Memaki-maki? Apakah tekanan darah Anda akan naik cepat?

Siapa yang peduli jika Anda datang telat 10 detik ? Kenapa Anda biarkan kondisi tersebut merusak hari Anda ? Cobalah ingat prinsip 90/10 dan jangan khawatir, masalah Anda akan cepat terselesaikan.

Contoh lain:

- Anda dipecat.

Mengapa Anda sampai tidak bisa tidur dan khawatir? Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.

- Pesawat terlambat.

Kondisi ini merusak seluruh schedule Anda. Kenapa Anda marah-marah kepada petugas tiket di bandara ?

Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa yang terjadi. Kenapa harus stress ?

Kondisi ini justru akan memperburuk kondisi Anda. Gunakan waktu Anda untuk mempelajari situasi, membaca buku yang Anda bawa, atau mengenali penumpang lain.


Sekarang Anda sudah tahu prinsip 90/10.

Gunakanlah dalam aktivitas harian Anda dan Anda akan kagum atas hasilnya.

Tidak ada yang hilang dan hasilnya sangat menakjubkan. Sudah berjuta-juta orang menderita akibat stress, masalah berat, cobaan hidup dan sakit hati yang sebenarnya hal ini dapat diatasi jika kita mengerti cara menggunakan prinsip 90/10.

Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Sikapilah segala sesuatu dengan hati yang lemah lembut, selalu positive - thinking, beraksilah secara positif, bukalah hati kita untuk saling mengampuni, dan berikanlah senyummu setiap hari niscaya hidup itu akan terasa indah.

08 Februari 2010

Lolipop

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop.

Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.

Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarna-warni dengan aneka rasa.

Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil.

Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya.

Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya.

Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.

Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan". Itulah batas akhir lembah permen lolipop.

Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.

Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat."

Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya."

"Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob.

"Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!" Bib bercerita panjang lebar kepada Bob.

"Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah.

Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia."

Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali."

Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Moral cerita :

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja.

Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.

Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?

Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut beberapa teman saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah menikah... nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar...nanti pada saat anak-anak sudah besar"

Pemikiran "nanti" itu membuat kita bekerja sangat keras di saat "sekarang".

Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa "nanti" bahagia.

Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa "nanti" bahagia.

Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa "nanti" bahagia itu.

Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.

Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

05 Februari 2010

Buku tabungan

Priya menikah dengan Hitesh.

Pada pesta pernikahan, ibu Priya memberinya sebuah buku tabungan. Di dalamnya berisi tabungan sejumlah Rs.1000 (Rp 246.000).

Dia berkata, "Priya, terimalah buku tabungan ini. Gunakan sebagai buku catatan dari kehidupan pernikahanmu. Jika ada satu peristiwa bahagia atau yang bisa dikenang, masukkan sejumlah uang tabungan di dalamnya. Tulis kejadian yang kamu alami di baris catatan yang ada di sampingnya. Semakin besar kenangan terhadap peristiwa itu, masukkan uang tabungan yang lebih besar. Ibu sudah melakukan di awal pernikahanmu ini.. Lakukan selanjutnya bersama Hitesh. Saat kamu melihat kembali tahun-tahun yang telah berlalu, kamu akan mengetahui betapa bahagianya kehidupan pernikahan yang kamu miliki."

Priya memberitahukan hal ini kepada Hitesh setelah pesta usai. Mereka berdua setuju bahwa ini adalah ide yang sangat bagus dan mereka tidak sabar menanti saatnya untuk memasukkan tambahan uang tabungan ke dalam buku itu.

Ini yang mereka lakukan setelah beberapa waktu :

  1. 7 Februari : Rs 100 (Rp 24.600), perayaan ultah pertama untuk Hitesh setelah menikah.
  2. 1 Maret : Rs 300 (Rp 73.800), gaji Priya naik
  3. 20 Maret : Rs 200 (Rp 49.200), berlibur ke Bali
  4. 15 April : Rs 2.000 (Rp 492.000), Priya hamil
  5. 1 Juni ; Rs 1,000 (Rp 246.000), Hitesh dipromosikan ... dan seterusnya ...


Akan tetapi setelah beberapa tahun berlalu, mereka mulai beradu pendapat dan bertengkar untuk hal-hal yang sepele.

Mereka saling diam. Mereka menyesal telah menikahi orang yang paling buruk di dunia ... tidak ada lagi cinta ... sesuatu yang sangat tipikal di masa ini.

Suatu hari Priya berkata pada ibunya, "Ibu, kami tidak bisa bertahan lagi. Kami setuju untuk bercerai. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana saya telah memutuskan menikah dengan orang ini !"

Ibunya menjawab, "Baiklah, apa pun yang kamu ingin kerjakan kalau sudah tidak bisa bertahan. Tetapi sebelum kamu melangkah lebih jauh, tolong lakukan hal ini. Ingat buku tabungan yang ibu berikan saat pesta pernikahan kalian? Ambil semua uangnya dan belanjakan sampai habis. Kamu tidak bisa terus menyimpan catatan di buku tabungan itu untuk sebuah pernikahan yang buruk."

Priya berpikir bahwa itu benar. Jadi dia pergi ke bank, menunggu di antrian dan berencana menutup buku tabungan itu. Ketika menunggu, dia melihat catatan yang ada di buku tabungan di tangannya.

Dia melihat, melihat, dan melihat.

Kemudian ingatan akan semua kebahagiaan dan sukacita di masa-masa yang telah lewat muncul kembali di pikirannya.

Air mata menggenang dan berurai di pipinya. Kemudian dia bergegas meninggalkan bank dan pulang.

Ketika sampai di rumah, Priya memberikan buku tabungan itu pada Hitesh, dan memintanya untuk memasukkan sejumlah uang ke tabungan itu sebelum mereka bercerai.

Hari esoknya, Hitesh mengembalikan buku tabungan itu pada Priya.

Dia menemukan tambahan tabungan sebesar Rs 5000 (Rp 1.230.000) dengan catatan di dalam buku tabungan: 'Ini adalah hari dimana saya menyadari betapa saya mencintaimu sepanjang tahun-tahun yang telah kita lewati. Betapa besar kebahagiaan telah kamu bawa untukku." Mereka berdua berpelukan dan menangis, dan meletakkan buku tabungan itu kembali di tempat semula.

Anda tahu berapa uang yang terkumpul saat mereka pensiun? Saya tidak bertanya pada mereka. Saya percaya uang bukan masalah lagi setelah mereka berhasil melalui tahun-tahun yang indah di sepanjang kehidupan pernikahan mereka.

* * * * *

"Saat engkau jatuh, jangan melihat tempat di mana kamu jatuh, tetapi lihatlah tempat di mana kamu mulanya tergelincir."

= Hidup adalah memperbaiki kesalahan-kesalahan =

02 Februari 2010

Racun

Seorang gadis baru menikah dengan pria idamannya dan tinggal di Wisma Mertua Indah.

Dalam waktu singkat, ia mengetahui bahwa ia sangat tidak cocok tinggal dengan ibu mertuanya, dikarenakan karakter mereka sangat jauh berbeda, dan ia sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.

Hari berganti hari begitu pula bulan berganti bulan, ia dan ibu mertuanya tidak pernah berhenti berdebat dan bertengkar, dan yang membuat ia semakin kesal adalah adat istiadat di daerah itu yang mengharuskan ia untuk selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati peraturannya.

Semua kemarahan dan ketidak bahagiaan di dalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang sangat mendalam pada hati suaminya yang berjiwa sederhana.

Akhirnya ia tidak tahan lagi dengan sifat buruk dan kelakuan ibu mertuanya, dan ia benar-benar telah bertekat untuk melakukan sesuatu.

Ia lalu pergi menjumpai seseorang teman ayahnya dan mempunyai Toko Obat Cina.

Ia menceritakan situasinya dan meminta untuk dibuatkan ramuan racun yang sangat kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya.

Teman ayahnya tersebut berpikir keras sejenak lalu berkata "Saya mau membantu kamu menyelesaikan masalah mu, tetapi kamu harus mendengarkan dan mentaati apa yang saya sarankan?".

Lalu ia berkata "Baiklah saya akan mengikuti apa saja yang bapak katakan. Apa yang harus saya perbuat?"

Lalu teman ayahnya tersebut masuk kedalam dan tak lama kemudian kembali dengan membawa segenggam bungkusan.

Kemudian berkata "Kamu tidak bisa memakai racun yang keras dan mematikan seketika untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena hal itu akan membuat semua orang akan menjadi curiga, oleh karena itu saya akan memberimu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang perlahan-lahan akan menjadi racun dalam tubuhnya".

Teman ayahnya melanjutkan "Setiap hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan sedikit ramuan obat ini kedalamnya. Lalu, supaya tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya.
Jangan berdebat dengannya taati semua kehendaknya dan perlakukan dia layaknya seorang ratu".

Ia sangat senang, kemudian berterima kasih kepada teman ayahnya tersebut dan buru-buru pulang kerumah untuk memulai rencana membunuh ibu mertuanya.

Hari demi hari, minggu demi minggu pun telah berlalu. Setiap hari ia melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak yang sudah "dibumbuinya".

Ia mengingat semua petunjuk dari teman ayahnya tentang hal mencegah kecurigaan.

Maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya dan mentaati perintah ibu mertuanya serta memperlakukan layaknya ibunya sendiri.

Setelah enam bulan lewat, suasana di dalam rumah itu berubah secara drastis.

Ia sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak pernah marah lagi atau kesal.

Ia tidak pernah berdebat lagi dengan ibu mertuanya selama enam bulan terakhir, karena ia mendapatkan ibu mertuanya kini tampak lebih ramah kepadanya.

Sikap ibu mertua terhadapnya telah berubah dan mulai mencintainya seperti putrinya sendiri.

Ibu mertuanya terus menceritakan kepada kawan-kawan dan sanak familinya bahwa dia adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh.

Ia dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain layaknya seorang ibu dan anak yang sesungguhnya. Suaminya pun sangat bahagia me nyaksikan semua ini terjadi.

Suatu hari ia pergi ke Toko Ramuan untuk menemui teman ayahnya dan meminta bantuannya sekali lagi.

Ia berkata "Pak, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya tidak sampai membunuhnya!!.. Ia telah berubah menjadi seorang wanita yang begitu baik, sehingga saya sangat mencintainya seperti kepada ibu saya sendiri. Saya tidak mau dia mati karena racun yang saya berikan kepadanya"

Teman ayahnya tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau".

Ia melanjutkan "Satu-satunya racun yang ada adalah yang terdapat didalam pikiranmu sendiri, dan di dalam sikapmu terhadapnya, tetapi semua itu telah tersapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya."

SADARKAH ANDA BAHWA SEBAGAIMANA ANDA MEMPERLAKUKAN ORANG LAIN MAKA DEMIKIANLAH PERSIS MEREKA MEMPERLAKUKAN ANDA?????