Di suatu kota kecil ada seorang putri yang cantik dan suka sekali menari.
Putri ini sangat rajin belajar menari dan dia sering mengikuti beberapa perlombaan menari yang diadakan di kota itu ataupun kota-kota sekitarnya, dan seringkali putri ini memenangkan perlombaan-perlombaan tersebut.
Pada suatu saat walikota dari kota tersebut akan mengadakan pagelaran seni menari yang sangat spektakuler dan dihadiri oleh beberapa guru menari dari beberapa negara, yang tentu sudah bertaraf international.
Tiba saatnya si putri ini untuk menunjukkan kebolehannya di hadapan seorang guru yang sangat dia kagumi selama ini.
Saat si putri ini sedang menari (kurang lebih 5 menit) tiba-tiba sang guru keluar dari area menari.
Sang guru ini keluar dari area itu karena dia merasa kecapekan (pagelaran seni tari ini begitu padat).
Ketika sang guru ini meninggalkan area tari, secara langsung si putri tersentak dengan emosi yang begitu tinggi sehingga tanpa berpikir panjang si putri menghentikan tariannya, lari meninggalkan area tari itu dan langsung dia pulang.
Si putri merasa dikecewakan karena sang guru yang dia kagumi tidak mau melihat tariannya sampai selesai. Dan saat itu juga dia sudah tidak mau lagi untuk belajar menari dan bahkan baju-baju tarinya dia jual semua.
Semenjak itu si putri tidak lagi mendalami seni tari, malahan mulai bekerja pada sebuah perusahaan roti. Si putri ditempatkan pada bagian pengepakan roti-roti yang akan didistribusikan ke outlet-outlet di kota itu.
Dua puluh tahun kemudian kota tersebut mengadakan pagelaran seni tari lagi. Si Putri ingin sekali untuk melihat pagelaran tersebut.
Dalam hatinya si putri ingin sekali berjumpa dengan sang guru pujaannya dan seandainya aku dapat ketemu beliau, aku akan bertanya ‘mengapa Bapak meninggalkan saya ketika saya sedang menari??’
Ketika waktu rehat sejenak si putri ini berusaha untuk mencari sang guru tersebut dan kebetulan guru itu sedang duduk santai dan tanpa disengaja dua insan ini saling berpandangan.
Sang guru menyapanya: “Wah…kamu ini seingat saya pernah menari di hadapan saya, kira-kira 20 tahun yang lalu. Bagaimana kabar kamu sekarang dan bagaimana perkembangan menarimu, dan tentu kamu sudah menjadi penari yang hebat ya?”
Sontak saja si putri berkata: “Mengapa waktu itu Bapak begitu saja meninggalkan saya ketika saya menari baru beberapa menit saja, apakah tarian saya begitu jeleknya sehingga Bapak meninggalkan area menari itu ?? Saya sekarang bekerja hanya sebagai pegawai dari perusahaan roti.”
Sang guru berkata: “Saat kamu menari sebenarnya saya sudah tahu bahwa tarianmu itu sangat bagus dan saya tidak perlu sampai menunggu kamu untuk menyelesaikan tarianmu.
Saya meninggalkan area tarian untuk mengambil kartu nama saya yang akan saya berikan kepadamu dengan harapan kamu dapat menghubungi saya sewaktu-waktu, karena saat itu saya juga merasa kecapekan.
Namun saat saya kembali ke area menari ternyata kamu sudah tidak ada di area tersebut.”
Mendengar perkataan sang guru itu si putri begitu tercengang dan merasa bahwa keputusannya selama ini salah.
PESAN MORAL :
Dari cerita diatas kita mendapatkan pembelajaran yang begitu menarik dan indah. Jadilah diri anda sendiri dan kalau anda ingin mewujudkan impian anda, jangan harapkan pujian dari orang lain. Fokuslah pada impian anda.
Jadilah Penari dengan tarian yang indah dan dikagumi banyak orang!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wah...cerita yang menarik..terima kasih ^^
BalasHapusuntuk Penikmat Buku....buku2mu juga banyak yang bagus kok.Kehadiranmu menambah cerianya suasana.
BalasHapusOh...wanita jangan kau lupa ada sinar dalam dirimu harus kau jaga.
BalasHapusOh...wanita kecantikanmu terpancar jelas dari dalam kuat hatimu.