Pages

Subscribe:

15 Mei 2009

Kasih Ibu

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.

Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi.

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap.

Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung, pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan.

Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut.

Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya.

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba.

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang, sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang.

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat

Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah, dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata.

Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.

Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini.

Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita. Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.


Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati
Ambillah waktu untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan


Gunakan waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak akan bisa diputar kembali

10 komentar:

  1. hmm.. sungguh kisah yang indah.. sangat menyentuh hati.. betapa besar dan agungnya cinta kasih seorang ibu... tak terbayangkan.. apalagi untuk membalas budinya..
    apalagi cinta kasih ALLAH.. pernahkah terbayang oleh kita.. begitu banyaknya Nikmat Allah... sudahkah kita bersyukur..
    Salam Sayang
    Salam Taklim
    Salam Hormat

    BalasHapus
  2. kasih ibu sepanjang masaaa......

    BalasHapus
  3. Ya..ya..ya...para sahabatku Kang Boed,Suwung dan BRInet memang kita harus menyadari peranan seorang ibu.Oleh karenanya tentulah :RASA HORMAT DAN BAKTI KITA KEPADANYA SEHARUSNYA SEMAKIN HARI SEMAKIN BESAR.

    salam rahayu untuk anda sekalian.

    BalasHapus
  4. Salam dari bandung

    artikel anda layak untuk di baca kalau kelak aku jadi presiden kuangkat anda jadi penasehat spritualku

    Aku dan sang presiden

    Kalau kelak aku beranjak dewasa, aku berci-cita menjadi presiden, tapi tidak ingin menjadi presiden yang peragu dan lamban mengambil keputusan, kalau di keritik oleh rakyat, memposisikan diri menjadi orang yang teraniaya.

    http://puangcahaya.dagdigdug.com/

    BalasHapus
  5. Hallo nanda puangcahaya,makasih ya telah sudi mampir.
    Eyang sekeluarga mendoakan smg harapanmu terkabul.

    Salam unt seluruh keluarga di Bandung.

    BalasHapus
  6. Sebuah kisah yang sangat menyentuh...
    Tak pernah diragukan..., kasih sayang seorang ibu memang tak terhingga...
    Nuwun...

    BalasHapus
  7. Memang cinta ibu tiada batas.

    IBU ADALAH MUTIARA YANG PALING BERHARGA.

    Thanks,sahabatku Itempoeti atas kunjungannya.

    salam sejati unt keluarga.

    BalasHapus
  8. tak lelo lelo ledung
    mardu maerduwa linindhung gambang cemplung
    swaramu manis arum
    angudang karem ing pangalem

    katresnanmu minangka pancasona
    angemban saliring sukma
    pepujan kang madangi dalan
    pangestu kang handayani laku

    duh Ibu...
    kepiye anggonku nyaur banyu susu....?

    BalasHapus
  9. mas tomy kadangku kinasih.

    sungguh sangat dalam makna yang terkandung didalam geguritan tersebut.Semoga kasihnya berimbas pada kehidupan kita.

    BalasHapus