
Seorang keturunan Bangsa Raksasa yang beda dari kebanyakan bangsa Raksasa.
Wujud fisiknya seperti umumnya bangsa Raksasa, tinggi besar, lebih dari tiga kali tinggi bangsa manusia.
Tapi hatinya,...... pemahamannya akan kehidupan begitu luhur.
Dialah salah satu ksatria bangsa Raksasa yang senantiasa belajar dan berusaha untuk memahami sejati hidupnya.
Bahkan sebagian orang menganggap dia sebagai seorang yang menjalani hidup sebagai seorang resi, walaupun hidup di dalam megahnya kehidupan istana Alengkadiraja.
Dan perang harus pecah.
Sebuah perlawanan bangsa Manusia atas sikap semena-mena Raja Rahwana sang pimpinan Alengka.
Sebuah pilihan sulit bagi Kumbakarna. Dia yang begitu menjunjung tinggi sikap ksatria, dan sangat tidak suka dengan ke-angkara murkaan, sudah sejak awal dengan tegas tidak menyetujui sikap Rahwana, sang kakak, yang demikian jahat.
Dan ketika perang harus berkobar. Kumbakarna tetap harus memilih.
Alengkadiraja adalah negeri tanah tumpah darahnya. Negeri yang memberinya kehidupan, penghidupan dan pembelajaran, sejak dia dilahirkan sampai pada pemahamannya sekarang ini.
Dan Kumbakarna memilih untuk berjuang, terlibat perang, membela negrinya, walaupun dia tahu bahwa itu semua akibat sikap Rahwana yang salah.

Tapi aneh memang, entah kenapa Wibisana berwujud sebagai bangsa Manusia, dengan paras muka tampan, tidak seperti ketiga saudara lainnya yang memiliki postur tubuh raksasa.
Wibisana juga seorang patriot.
Mengetahui bahwa sang kakak, Rahwana, tidak bisa lagi diingatkan akan kelalaian sikapnya, Wibisana memilih pergi dari istana Alengkadiraja, dan bergabung dengan bangsa Manusia menuntut haknya dengan melawan Rahwana.
Suatu ketika Kumbakarna dan Wibisana harus berhadapan.
Dua orang saudara. Dua orang patriot.
Dua orang dengan watak ksatria harus saling menghunus keris dan saling menumpahkan darah.
Kumbakarna mungkin memang salah, tapi bila kita coba melihat dan memahami jalan hidupnya.
Kita akan melihat bahwa apa yang dilakukannya bisa dibenarkan.
Wibisana mungkin juga bisa disebut sebagai seorang pengkhianat bangsa.
Tapi ketika kita mengenalnya lebih dekat, suatu ketika kita akan melihat begitu luhur budinya.
Lalu, ketika mereka saling membunuh, siapakah yang paling benar?
Tidak ada diantara mereka yang benar.
Seperti juga kita manusia, tidak ada diantara kita yang benar-benar benar.
Karena kebenaran hanyalah milik-Nya.
Kita manusia yang harus selalu bersyukur diberi-Nya kesempatan untuk sesekali meminjam sebuah kebenaran.
Kumbakarna, adalah seorang yang proaktif. Karena selalu melakukan dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang dipahaminya.
Demikian juga Wibisana.
Mungkin juga, ..demikian adanya kita. Didalam kehidupan yang sepertinya semakin rumit ini, sikap proaktif bisa saja akan dinilai salah.
Tidak selalu setiap keputusan yang kita ambil akan dapat dimengerti semua orang.
Setiap keputusan seseorang akan selalu dilihat benar oleh sebagian orang, pun akan dilihat salah sebagian orang yang lain.
Dan seperti seorang ksatria Kumbakarna dan Wibisana, tak ada salahnya bila kita menganggap bahwa pendirian kita adalah sesuatu yang benar.
Tapi akan sungguh naif, ketika masih juga dijumpai, orang yang menganggap pendiriannya adalah yang paling benar...
Ingin tahu lebih dalam tentang wayang yang notabene Kesenian asli Indonesia?? Kunjungi "Wayang Ku"
PERTAMA YANG
BalasHapuswah kang boed terkejar lagi nih.
salam kangen buat yangkung
nah ini dasarnya manusia selalu mau yang paling bener padahal masih banyak manusia yang lebih pintar.
salam kangen sekali lagi yangkung
batjoe sahabatku.
BalasHapusmemang dalam hidup kita harus bijak,kadang apa yang kita putuskan kurang dimengerti oleh orang lain,sedang bila kita paksakan dikatakan salah.
salam rindu & kasih.
bukan pilihan tindakannya yang dilihat...
BalasHapustapi keyakinan yang mendasari pilihan tindakannya yang harus dipahami...
ini bukan soal benar dan salah...
namun semata soal keyakinan...
umumnya keyakinan seseorang bisa diamati dari sepak terjangnya kepada siapa ia berbuat dan bertindak.
BalasHapusTerima kasih kunjungannya kangmas Mahendra.
Benar & salah mungkin tergantung pada cara pandangnya
BalasHapusNamun mungkin yang terpenting adalah kejujuran dalam hati
Bahan bakar apa yang menjadi tenaga penggerak dalam diri
memang benar,segala sesuatu yang paling benar adalah milik Allah.
BalasHapusmas tomy ,mugi tansah karaharjan.
jalan hidup kumbokarno seperti adipati karna di mahabarata....keduanya sama2 ksatria yg gugur membela negaranya
BalasHapuskita tidak tahu bagaimana hari esok,yang bisa kita lakukan ialah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia hari ini.
BalasHapustrima kasih kunjungan m4stono.
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
BalasHapusI Love U fuuulllllllllllllllllll
Tertunduk ku dimalam ini
BalasHapusTerdiam mencoba berucap nada CINTA
Alunan Zikir alam semesta sayup terdengar
menyapa mesra diri lemah tiada daya
kudengungkan dalam qolbu terdalam
Nyanyian pengagungan dan penyembahan
Hadirkan diri dalam CINTA membara
Perlahan tapi pasti getar menyambut
Bagaikan gelombang membuat diri tergetar
Hanyut sudah dalam buaian syahdu
Diri hilang lenyap dalam pangkuanNYA
Terang benderang padang terawangan..
hilang.. lenyap.. tiada keberadaan..
doooooh nikmaaaaatnyaa
Hmmm...
BalasHapusKEBENARAN adalah sesuatu yang PAPA ADANYA TANPO TEDHENG ALING-ALING..yang sama sekali tidak terikat oleh PIKIRAN, RUANG dan WAKTU...
Nuwun YANG KUNG sedoyo pitedah mugi ndadosaken PITUTUR kang BECIK.
Rahayu
@KangBoed sedulurku :membela negeri "tempat wutah getihe"adalah suatu kewajiban yang tidak bisa ditolak dan wajib di lakukan.
BalasHapus@mas Santri Gundhul sahabatku:Prinsip membela keadilan dan kebenaran adalah suatu keyakinan perbuatan yang terbaik bagi sesama.
dua2nya adalah suatu tantangan hati nurani dan menuntut suara hati untuk berbuat yang terbaik,
salam rahayu.